Sabtu, 11 Februari 2012

Geografi Industri

INDUSTRI











Kursus Pendalaman Materi PKG IPS Geografi di Universitas Terbuka Jakarta 20 - 28 Oktober 1996









Oleh:
Drs. Rudi Iskandar,M.S






DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM bekerja sama dengan JURUSAN GEOGRAFI FPIPS IKIP JAKARTA 1996








Industri dan Penyebarannya


Pendahuluan
Industri tidak bisa dilepaskan dengan aspek ekonomi karena di dalamnya terdiri unsur Sumberdaya Manusia (SDM) dan Sumberdaya Alam (SDA) yang harus dikelola untuk mencapai kesejahteraan manusia. Oleh karena itu definisi industri harus mencakup aspek ekonomi dan aspek lainnya seperti geografi. Untuk konteks Indone¬sia, nampaknya harus sejalan dengan kepentingan pembangunan masyarakat Indonesia, yakni untuk menuju kemandirian perekonomian nasional, meningkatkan kemampuan daya saing dan menaikkan pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri.
Pengertian Industri
Industri adalah kegiatan manusia dibidang ekonomi yang menhasilkan barang dan jasa dengan menggunakan teknologi [seder¬hana, sedang dan tinggi (canggih)] dan memanfaatkan sumberdaya manusia (SDM) dan sumberdaya alam (SDA). Sedangkan industrialisa¬si adalah bagaimana suatu kegiatan industri itu dapat berlangsung sesuai dengan keperluan, oleh karena itu antara lain meliputi usaha untuk membangun dan mengembangkan industri sesuai karakter¬istik suatu bangsa.
Sektor Kegiatan    Industri
Sebagai kegiatan ekonomi, industri dapat dikelompokkan ke dalam empat sektor:
(1) sektor primer. Kegiatan ekonomi sektor ini letaknya dekat dengan   sumber  bahan  mentah   (raw  material)   dan  tidak  dapat   jauh dari sumbernya. Contoh: Pertanian, perburuan (hunting dan fish-ing), pertambangan dan penggalian. (2) sektor sekunder. Kegiatan ekonomi sektor ini ditandai oleh variasi lokasinya. Hal ini dapat dilihat, pertama: dengan konsumen akhir, kedua: terkait erat dengan letak sumber bahan mentah untuk keperluan industri (rawa material) dan ketiga: diantara keduanya. Contoh: industri yang berorientasi untuk kepentingan umum (public utilities) seperti gas, air dan listrik; industri manufaktur yakni industri yang mengolah bahan baku dan menjadikannya barang lain yang dapat digunakan sehari-hari atau menjadikan bahan baku lain yang diper¬gunakan oleh industri lain; konstruksi dan bangunan. (3) sektor tersier. Kegiatan ekonomi ini terkait dengan jasa (service) dan letaknya cenderung dekat dengan pemakai jasa di pasaran. Co"ntoh: perdagangan baik skala besar mapun eceran (whole scale and re-tail), restoran, hotel, transportasi, jasa pelayan individu maupun masyarakat, wartel. (4) sektor kuarter. Kegiatan ekonomi ini berkaitan dengan karakteristik informasi dan keahlian khusus. Contoh: universitas, penelitian dll, yang sifatnya dapat dipin¬dah-pindah sesuai dengan kebutuhan.
Faktor-faktor Geografis Berdirinya Industri
Ada sejumlah faktor yang ikut menentukan berdirinya suatu industri di suatu wilayah yaitu faktor ekonomis, historis, manu¬sia,  politis dan geografis.
Pada periode dimana hubungan manusia-lingkungan didominasi paham determinitik, pengaruh sifat geografis sangat menentukan berdirinya suatu pabrik industri. Tetapi, pada saat ini, segala sesuatunya harus dapat dipertanggungjawabkan.
Robinson (1979), memasukkan faktor geografis ini ke dalam enam faktor: (1). Bahan Mentah (2). Sumberdaya Tenaga (3). Suplai Tenaga Kerja (4). Suplai Air (5). Pemasaran dan (6). Fasilitas Transportasi.
Faktor-faktor Pengaruh Terhadap Industri Manufaktur
Industri manufaktur adalah aktivitas ekonomi yang mengubah bahan mentah (row materials) dan atau setengah jadi(semi finished products) menjadi barang setengah jadi (semi finish product) atau barang jadi (finish product). Kelompok industri inilah yang menempati bagian yang paling luas, dalam arti paling banyak jenis barang yang dihasilkan.
Menurut Sensus Industri 1974/1975, ada empat kelompok indus¬tri: (1). Industri manufaktur yang besar dan mantap (> 100 pekerja). (2). Industri manufaktur menengah (20-99 pekerja). (3). Industri maufaktur kecil (5-19 pekerja) dan (4). Industri rumah-tangga  (1-4 pekerja).
Klasifikasi dalam literatur internasional dibagi menjadi tiga kelompok: (1). sektor industri perorangan. (2). Sektor industri rumahtangga.   (3).  Sektor industri modern.
BPS mendasarkan klasifikasinya pada International Standard Industrial Classification  (ISIC).
Adapun faktor-faktor yang turut menentukan industri manufak¬tur adalah:
1.    Modal, yang merupakan gabungan antara modal fisik (misalnya untuk pembangunan pabrik) dan modal sosial seperti perumahan karyawan,  sekolah dll.
2.    Lahan,  yang meliputi:
(a).   Site  Industri  atau  kedudukan/tapak,   dalam hal   ini  memerhi-tungkan apakah di lokasi cukup tersedia sumberdaya atau tidak, (b).   Faktor   yang   mendukung   (amenity   factors),   seperti   keterse¬diaan air,  relief yang datar,dll).   (c)  Sumber mineral,   (d)  Ilkim.
3.    Kemampuan wiraswasta, meliputi manajemen industri (harus ada jiwa industri dan jiwa dagang).
4.    Pemasaran;  baik regional,  lokal maupun internasional.
5.    Buruh;  seperti kualitasnya,  biaya upah,  mobolitas buruh.
Teori Lokasi Industri
Lokasi industri adalah salah satu penentu keberadaan dan kesinambungan industri. Tujuan utama dari teori lokasi adalah untuk menemukan lokasi yang optimal yaitu lokasi yang terbaik secara ekonomis, yakni dapat memperbesar keuntungan dengan mene¬kan biaya input. Namun jarang ditemukan dua hal di atas dalam ruang dan waktu yang bersamaan. Oleh karena itu teori lokasi industri dibagi menjadi dua kelompok besar yakni teori lokasi biaya minimal(least cost location) dan teori lokasi penghasil maksimum {maximum revenue locations). Di sini khusus membahas teori lokasi biaya minimal.
Teori Least Cost Location ini dikemukakan oleh Alfred Weber, seorang ekonom asal Jerman. Gagasan pertama teori ini pernah dikemukakan oleh W Launhardt pada tahun 1880-an.
Inti teori ini adalah lokasi industri sebaiknya dipilih pada tempat-tempat yang paling minimal biayanya. Untuk itu perlu diasumsikan enam pra-kondisi sebagai berikut:
(1). Topografi, iklim dan penduduknya homogen. Khusus mengenai penduduk    adalah    berkaitan    dengan    ketrampilan    dan    penguasaan
(pemerintahannya). (2). Bahan mentah yang memadai, misalnya batubara, besi, emas. Tetapi jika hanya pasir atau air dapat diperoleh ditempat lain. (3). Upah Buruh yang memadai, hal ini menyangkut standar upah seperti Upah Minimum Regional (UMR). (4). Biaya transportasi (5). Terdapat kompetisi antar-industri dan (6).  Penduduk yang berfikir rasional.
Untuk menggambarkan asumsinya, Weber kemudian mengajukan model triangle location. Kesimpulannya, lokasi industri yang paling ideal adalah berada jarak yang terdekat diantara tempat bahan mentah dan pasar.
Menentukan Lokasi Pabrik Industri
Ada empat kecenderungan suatu lokasi pabrik industri itu ditetapkan, yaitu dekat dengan bahan baku, pasar, sumber tenaga dan tenaga kerja.
(1). Dekat bahan mentah (raw materials). Untuk menentukan mana¬kah indusri yang berkiblat bahan mentah, Weber menggunakan alat untuk indeks material. Indeks material adalah perbandingan antara bobot bahan mentah dan bobot barang jadi. Contoh, diperlukan delapan ton bahan mentah untuk menghasilhan dua ton barang jadi, maka indeks materialnya adalah empat. Dan jika sebaliknya, meng¬hasilkan barang jadi delapan ton dan memerlukan bahan mentah dua ton, maka indeks materialnya adalah seperempat. Industri yang indeks materialnya kurang dari satu, maka industri tersebut cenderung berkiblat pada bahan mentah. Contoh: industri pertani¬an, perkebunan, peternakan, perikanan, hasil hutan budidaya. Contoh lain: industri logam, minyak, batubara, gas dll. Indeks material   ini  hanya ancar-ancar  sederhana  dalam menentukan  lokasi industri.
(2). Dekat dengan pasar. Menurut Weber, pabrik industri yang berorientasi pada pasar adalah nilai indeks materialnya lebih dari satu. Biasanya produksi barangnya selalu berubah-ubah sesuai dengan selera pasar. Misalnya pakaian, sepatu, hiasan, mainan. (3). Dekat dengan sumber tenaga. Sumber tenaga industri antara lain adalah hewan, angin, air, panas bumi, panas matahari, uap dan listrik. Bahan utama penghasil tenaga penggerak industri adalah kayu, batubara, minyak bumi, gas bumi, alkohol, nuklir, listrik. Contoh industri yang dekat dengan sumber tenaga adalah proyek alluminium Asahan, listrik tenaga geotermal di Dieng dan Sukabumi,  dll.
(4). Dekat Tenaga Ker.ia. Industri ini bersifat padat "karya misalnya industri rokok,  kerajinan seni dll.
Pola Sebaran Industri di Indonesia
Pola sebaran industri di Indonesia cenderung berorientasi pada bahan mentah dan pasar. Untuk yang pertama biasanya berupa industri hulu yang mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi seperti pertambangan, perkebunan, perikanan dll. Sedangkan yang kedua adalah industri hilir yang berorientasi pada pasar seperti industri pakaian dll. Jadi, industri hulu sangat bergan¬tung pada potensi alamnya dan ini tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan industri hilir penyebarannya di sekitar perkotaan yang padat penduduknya.
Kebijaksanaan Industrialisasi
Strategi industrialisasi yang bagaimanakah yang sebaiknya dianut oleh pemerintah Indonesia saat  ini  mengingat perkembangan terakhir yang terjadi dalam ekonomi dalam maupun luar negeri ? Strategi apapun yang hendak dianut, hendaknya merupakan strategi yang sanggup menghadapi tantangan yang dihadapi ekonomi Indonesia dewasa ini. Ada dua tantangan yang mendesak, yang harus segera dihadapi: (1). Peningkatan ekspor di luar minyak dan gas bumi, karena dana yang berasal dari ekspor kedua komoditi itu diperki¬rakan akan menurun. (2). Peningkatan lapangan kerja, karena pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, kurang mampu menyerap pertambahan tenaga kerja.
Dewasa ini telah dilontarkan tiga konsep pemikiran tentang industrialisasi di Indonesia,  yaitu:
(1).  Industrialisasi yang berdasarkan keunggulan komparatif. (2)  Industrialisasi yang didasarkan pada keterkaitan antar-sektor terutama sektor hulu-hilir.   (3).    Industrialisasi yang didasarkan pada   teknologi   tinggi,    untuk   pembangunan   industri   hulu   secara simultan.
Yang harus ditekankan disini adalah bahwa ketiga konsep tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri. Mungkin saja industri yang dibangunan memiliki keunggulan komparatif dan menggunakan teknologi. Tetapi, disini yang paling penting adalah adanya suatu perpaduan kebijaksanaan alternatif (policy mix) yang bisa mening¬katkan daya saing barang-barang  Indonesia di pasaran.
Keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia saat ini adalah upah buruh yang rendah dan tersedianya sumber alam. Suatu kelemahan keunggulan komparatif yang berasal dari upah buruh yang rendah adalah kecenderungannya yang terus menerus untuk padat karya.   Dalam   tahap   awal,   keunggulan   ini   memang   terasa   sekali,


tapi dalam jangka panjang, rendahnya produktivitas dan kenaikan upah (ini pasti terjadi, mungkin karena inflasi) akan menaikkan biaya. Sementara negara lain yang produktivitasnya tinggi, mereka dapat lebih luwes menghadapi perubahan yang terjadi di pasar.
Keunggulan komparatif dari sumber alam telah dimiliki oleh beberapa industri yang baru dibangun seperti proyek alluminium di Asahan, pabrik pupuk, pabrik kertas, yang kesemuanya menggunakan teknologi tinggi. Keunggulan komparatif yang ditunjukkan pabrik alumunimum Asahan misalnya dalam biaya peleburannya, hanya seper¬tujuh dari biaya peleburan di Jepang sendiri.
Dampak Lokasi Industri
Dampak lokasi industri dalam berbagai bentuk dapat dikelom¬pokkan menjadi dampak ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Berbagai dampak tersebut memiliki jangkauan yang berbeda-beda, ada yang sempit dan ada yang luas. Intensitas dampak di daerah yang berdekatan dengan lokasi industri tertentu sudah tentu lebih tinggi dari daerah yang lebih jauh.
(l'). Dampak Ekonomi. Dampak ekonomi dari suatu lokasi industri terungkap dalam bentuk peningkatan produksi, pendapatan dan pengurangan pengangguran. Pengaruh langsung dampak (ekonomi) ini sangat dirasakan oleh masyarakat di sekitar lokasi untuk kemudian meluas ke daerah lain dan bahkan ketingkat nasional. Cara sederhana untuk analisa dampak ekonomi adalah multiplier. Model analisa ini dapat menunjukkan daya penciptaan pendapatan yang dibawakan oleh pengeluaran awal secara berkesinambungan. Multiplier ini dapat bersifat lokal, regional dan nasional, tergantung dari lingkup penciptaan pendapatan yang ditelaah.  Bila suatu pabrik didirikan disuatu daerah dan hasilnya dijual dan diekspor ke luar daerah tersebut, maka yang menentukan multiplier hanya yang diekspor, karena penjualan di daerah yang sama tidak menambah pendapatan daerah. Di daerah itu sendiri, dampak operasi pabrik dapat dibedakan ke dalam dampak langsung, tak langsung dan terangsang. Yang pertama berupa upah, gaji dan keuntungan yang diterima oleh pekerja, pegawai dan pengusaha pabrik. Yang kedua, merupakan pembayaran oleh pengusaha pabrik yang diterima oleh pemasok, dan yang ketiga berupa peningkatan pembayaran yang diterima oleh industri barang konsumsi didaerah yang dibawakan oleh pengeluaran dari pendapatan baru.
(2). Dampak lingkungan. Dampak lingkungan mencakup bidang yang sangat luas, mulai dampak ekonomi hingga sosial budaya seperti yang terdapat dalam tabel berikut  ;



Klasifikasi Dampak Lingkungan

Kelompok Dampak

Rincian



1. Lingkungan alam




2. Lingkungan manusia
(1).Keindahan lingkungan
fisik dan alam.

(2).Dampak pemanfaatan

3. Dampak terhadap kesehatan keamanan, dan kenyamanan.

Flora dan fauna, penghidupan serangga organisme .... serta makhluk ekologi dalam tanah dan air Keindahan daerah perkotaan dan pedesaan termasuk pemandangan dan kemungkinan untuk dinikmatinya.



a. Tanah, termasuk penangkapan ikan dan ber¬buru binatang,

b.Pemanfaatan lainnya didaerah bersangkutan.

a.Terhadap kesehatan melalui gangguan yang dibawakan oleh kegaduhan, b.Terhadap kesehatan melalui pengotoran air dan udara termasuk sampah dan radiasi, c.Gangguan kesehatan, kenikmatan dan kenyamanan yang dibawakan oleh debu,asap,panas, cahaya,suara,getaran dan angin.
d.Terhadap kenyaman dan keamanan pejalan
kaki melalui lalulintas dan lalu lalang.


4. Dampak terhadap sosial    a.Terjadi karena terpecahnya atau terganggu-
budaya    nya masyarakat atau kelompok yang ada.
b.Melalui gangguan atau pemisahan dan peru¬bahan perumahan atau tetangga.
c.Melalui gangguan atau kehilangan daerah re¬kreasi.
d.Gangguan terhadap pola penghidupan yang membudaya dan peninggalan purbakala.
Sumbe: Smith, 1981.

(3). Dampak Sosial Budaya. Lingkup dampak ini (seperti yang terlihat di dalam tabel di atas) dibedakan pertama dampak keseha¬tan, keamanan dan kenyamanan. Kedua dampak terhadap penghidupan sosial budaya. Yang pertama merupakan dampak lingkungan alam yang dirasakan secara langsung, sedang yang kedua merupakan gangguan terhadap pola penghidupan dan tingkah laku masyarakat melalui proses yang panjang. Dampak sosial budaya ini kurang dirasakan oleh masyarakat yang rasionil. Oleh karena itu dampaknya lebih sedikit di perkotaan daripada di pedesaan.
I

Daftar Pustaka


Daldjoerii, N. 1992. GEOGRAFI BARU organisasi keruangan dalam teori dan praktek. Bandung:  Alumni.
Djojodiputro,  Marsudi.   1992.   Teori Lokasi.  Jakarta:  FE-UI.
Zain, Winarno. 1986. Pokok-pokok Masalah dan Pemikiran Mengenai Industrialisasi sebuah tinjauan umum. Jakarta: Prisma No. 1 Januari LP3ES.

Robinson, H. 1979. Economic Geography. Estover, Plymouth: Magdon-ald and evans.



Tidak ada komentar :

Posting Komentar