Jumat, 10 Februari 2012

Decision Making in Economic, Political, Social and Technological Environment. With the Analytic Hirarchy Process (AHP)

Review Buku

Judul Buku: Decision Making in Economic, Political, Social and Technological Environment. With the Analytic Hirarchy Process (AHP)

By: Thomas L. Saaty and Luis G. Vargas, Univ. Pittsburgh

Reviewer: Dr. Rudi Iskandar, M.Si

Abstract

The Analytic Hierarchy Process (AHP) is a basic approach to decision making. It is design to cope with both the rasional and the intuitive to select the best from a number of alternatives evaluated with respect to several criteria.
The simplest form used to structur a decision problem is a hierarchy consisting of three levels: the goal of the decision at the top level, followed by a second level consisting of the criteria by which the alternatives, located in the third level, wil be evaluated.
Keyword: Hierarchy, Analytic & criteria

Pendahuluan

    Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu proses analisis berjenjang, yang di dalam buku ini, menurut penulis sudah banyak diaplikasikan dalam berbagai disiplin seperti ilmu ekonomi, sosial dan politik serta rekayasa teknologi.  AHP juga merupakan pendekatan penting dalam pengambilan keputusan yang dirancang untuk mengawinkan antara berfikir rasional dan intuitif untuk menyeleksi bentuk-bentuk terbaik dari sejumlah alternatif yang ingin dievaluasi atas dasar kriteria yang ditetapkan.
    Dalam seri tulisan AHP ini lebih diaplikasikan pada pengambilan keputusan, perencanaan, resolusi konflik dan peramalan, dalam wilayah kajian yang berbeda-beda. Bentuk yang paling sederhana yang digunakan untuk menyusun atau menetapkan pengambilan keputusan adalah hirarki atau jenjang yang terdiri dari tiga tingkatan:
۞ Lapisan pertama (top level) adalah tujuan pengambilan keputusan
۞ Lapisan kedua (medium level) adalah kriteria yang menjadi alternatif
۞ Lapisan ketiga (bottom level) adalah alternatif yang akan dipilih atau dievaluasi
    Tujuan dari pembuatan hirarki atau jenjang ini adalah memberikan kemungkinan pilihan terbaik dari elemen-elemen dan peringkatnya yang berkenaan dengan beberapa waktu atau keseluruhan elemen hirarki tersebut.
    Pada ilmu ekonomi, AHP memiliki pendekatan yang berbeda dengan masalah ekonomi umumnya. Misalnya model matematika konvensional didasarkan pada cara berfikir atau paradigma kuantitatif  atas dasar teori utilitas yang berbasis data interval dan program linier. Dasar aksioma dari teori utilias adalah menggunakan spekulasi untuk mengambil keputusan tentang manfaat dari pengambil keputusan. Akhir-akhir ini para praktisi ekonomi telah membangun pengertian yang berbeda tentang utilitas seperti pada pengertian di atas. Sedangkan pendekatan baru ini didasarkan atas skala rasio yang diterapkan juga di dalam AHP pada teori utilitas yang berbeda tersebut.
    Dalam ilmu-ilmu sosial, AHP menawarkan metodologi yang dapat mengukur data fisik (tangible) dan non-fisik atau yang tidak teraba (intangible). Dalam ilmu-ilmu fisik dan keteknikan, AHP menggunakan metode kuantitatif yang mengaitkan dengan ukuran fisik dengan nilai-nilai kemanusiaan. Pengukuran ini hanya bersifat indikator dari ‘the state of the system’, tapi bukan menghubungkan pengamatan pada nilai-nilai kemanusiaan dari suatu sistem.

Menentukan Struktur untuk Pemecahan Masalah

    Sebelum kita melakukan strukturisasi terhadap masalah yang akan dipecahkan, maka harus terlebih dahulu menguasai permasalahan yang akan dihadapi dan disiplin tertentu. Karena dari sini baru bisa membuat atau menentukan faktor-faktor apa saja yang diperlukan untuk membuat susunan atau struktur hirarki suatu masalah. Selain itu dapat mempertimbangkan masalah yang ada dilingkungan tertentu (baik lingkungan sebagai space tertentu maupun sebagai ruang lingkup suartu disiplin), mengenai isu-isu yang dirasakan seseorang atau banyak orang yang sekiranya dapat membantu menyumbang kepada penyelesaian masalah (solusi). Siapa saja yang mengalami masalah tersebut, memilah-milah isu-isu yang penting dalam membangun atau menyusun hirarki. Dalam proses menyusun tujuan, atribut, isu dan patokan tertentu di dalam hirarki, memiliki dua tujuan: pertama, menetapkan keseluruhan tujuan pandangan tentang saling hubungan yang erat dan kompleks dalam suatu bangunan sistem dan proses pertimbangan pengambilan keputusan. Kedua, memperkirakan apakah seseorang membandingkan isu-isu dengan urutan dan jarak yang sama.
    Elemen-elemen yang dibandingkan harus seragam (tidak boleh berbeda). Suatu hirarki tidak memiliki arti jika elemen-elemen pembentuknya tidak memiliki fungsi (seperti pada kriteria yang ditetapkan) bagi elemen-elemen di bawahnya. Hirarki dapat dibagi ke dalam sub-hirarki, sesuai dengan sub-kriteria di bawahnya.
    Terakhir, setelah mempertimbangkan apa yang sudah dibuat dan dampaknya bagi keseluruhan elemen-elemen, menghitung urutan secara keseluruhan, terkadang masih ada elemen-elemen yang dirasa kurang penting dapat dibuang, karena dampaknya relatif kecil bagi keseluruhan hirarki.

Falsafah dan Prosedur AHP

    AHP adalah teori umum tentang pengukuran (measurment), yang digunakan untuk dapat menggunakan skala rasio dari jenis data discrete dan continous  yang berpasangan, yang bermanfaat dalam membandingkan jenjang struktur diberbagai tingkatan (level).  Perbandingan ini bisa diperoleh dari pengukuran aktual (langsung ke obyek) atau dari scoring yang merefleksikan kekuatan relatif dari pilihan-pilihan dan perasaan. AHP menekankan secara khusus terhadap penentuan keajegan atau kemantapan dan bagaimana mengukurnya, dan dengan keterkaitan di dalam dan antar kelompok (within and between groups) dan elemen-elemen yang membentuk struktur tersebut. Sebagai suatu teori pengukuran yang bersifat umum, AHP adalah kerangka kerja non-linier untuk membawa pemikiran deduktif dan induktif dengan tanpa menggunakan logika silogisme. Hal ini memungkinkan karena mengambil dari masing-masing faktor ke dalam pertimbangan yang serentak, saling ketergantungan dan umpan balik, membuat pilihan yang runtut untuk mencapai sintesa atau suatu konklusi. AHP juga merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menetapkan ukuran dalam batasan-batasan atau domain fisik dan sosial. Misalnya, kita mengetahui bahwa di dalam pengukuran terdapat ukuran fisik dan non-fisik (psikologi). Secara fisik bertujuan untuk mengetahui ruang lingkup yang mutakhir secara obyektif yang bersifat tangible (terukur secara fisik). Sebaliknya, secara non-fisik (psikologis) adalah untuk mengetahui ruang lingkup yang intangible, yang terdiri dari ide-ide subyektif, perasaan dan kepercayaan seseorang dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan (whole). Disinilah AHP menyediakan teori pengukuran yang dapat mengakomodasikan kedua hal tersebut.
    Langkah pertama dalam menggunakan model AHP adalah menentukan hirarki atau struktur jaringan untuk menggambarkan masalah yang sebenarnya. Tujuannya adalah menentukan hubungan-hubungan di dalam struktur (dalam membandingkan pasangan-pasangan elemen pembentuknya).
    Secara lebih sederhana, ada empat aksioma untuk mengenali AHP: 1) memiliki hubungan timbal-balik, 2) Membandingkan elemen-elemen yang seragam, 3) Berjenjang dan sistem yang saling bergantung, 4) Validitas dalam menentukan peringkat dan nilai yang diperoleh dan ketergantungan pada struktur serta eksistensinya.

Pengukuran Skala Absolut dan Relatif dalam AHP

    AHP menggunakan dua macam perbandingan yaitu absolut dan relatif. Dalam perbandingan absolut, alternatif-alternatif dibandingkan dengan standar baku. Dalam perbandingan relatif, alternatif-alternatif dibandingkan dengan pasangan-pasangan yang ditentukan sendiri. Contoh pengukuran relatif, misalnya: wi, dimana i = 1, 2,....n masing-masing dari elemen n adalah skala rasio dan nilai-nilai yang ditentukan pada elemen tersebut, dan diperoleh melalui perbandingan pasangan-pasangan lainnya. Dalam perbandingan pasangan dua elemen i dan j, dibandingkan sifat elemen secara bersamaan. Misalnya, yang lebih kecil i digunakan sebagai (satu) unit dan yang lebih besar j di estimasi sebagai ganda dari bentuk keseluruhan unit (wi/wj)/1 dimana rasio wi/wj diperoleh dari skala utama (fundamental) dari nilai-nilai yang mutlak.
    Skala fundamental adalah skala untuk menilai tentang urutan yang mewakili struktur hirarki. Sebagai contoh adalah nilai-nilai verbal seperti:
1.    Kurang penting
2.    Agak penting
3.    Penting
4.    Penting sekali
5.    Sangat penting sekali
6.    Sangat sangat penting sekali
7.    Paling penting

Pengukuran absolut atau scoring diterapkan untuk menentukan alternatif-alternatif berdasarkan suatu kriteria atau penilaian (intensitas) dari kriteria. Contoh: paling baik, sangat baik, baik, cukup, kurang baik, jelek dan sangat jelek (dapat menjadi A, B, C, D, E, F, G). Setelah memasukkan prioritas (berdasarkan suatu kriteria atau sub kriteria), perbandingan pasangan yang dibuat antara penilaian tersebut untuk menentukan prioritas atas dasar kriteria masing-masing dan pembagian tersebut dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah secara ideal. Hasilnya merupakan score penilaian rasio.

Menentukan Jenjang Struktur

Yang paling kreatif dan berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah menentukan urutan keputusan secara berurut. Prinsip dasarnya dapat dicerminkan pada pertanyaan berikut: Dapatkah saya membandingkan elemen-elemen pada peringkat terendah dalah suatu kriteria atau keseluruhan elemen-elemen pada peringkat yang lebih tinggi kelak? Persoalan berikutnya adalah: dapatkah kita membuat struktur hirarki atau jenjang struktur yang baik ? untuk menjawab pertanyaan di atas, maka dibut perbandingan yang benar-benar bisa terlihat jelas bedanya, seperti yang disarankan di bawah ini:
1.    Mengenali tujuan keseluruhan. Apakah yang akan dikerjakan ? Apakah permasalahan atau pertanyaan utamanya.
2.    Mengenali sub tujuan keseluruhan. Jika memungkinkan buat time schedule-nya
3.    Mengenali kriteria yang memuaskan pada masing-masing sub tujuan dari keseluruhan tujuan.
4.    Mengenali kriteria yang memuaskan pada masing-masing kriteria. Sebagai catatan bahwa kriteria atau subkriteria mungkin di khususkan pada rentang nilai dari suatu parameter atau suatu intensitas verbal seperti tinggi, sedang dan rendah.
5.    Mengenali perilaku yang rumit
6.    Mengenali pelaku sasaran
7.    Mengenali pelaku kebijakan
8.    Mengenali pilihan dan akibatnya
9.    menentukan hasil yang terbaik dan membandingkan selisih manfaat dan biaya dari pengambilan keputusan dengan jika tidak membuat keputusan.
10.    Melakukan analisis biaya-manfaat menggunakan nilai marginal. Karena hal ini berkaitan dengan hirarki atau jenjang yang dominan. Mana alternatif yang paling besar manfaatnya (dari segi biaya) dan mana yang paling murah.

Perangkat lunak program expert choice ini memasukkan metodologi AHP dan memungkinkan peneliti untuk membuat jenjang struktur dan memecahkan masalah dengan menggunakan pengukuran relatif atau absolut secara tepat atas dasar kriteria di atas. Karena pada dasarnya perangkat lunak tersebut hanya bekerja jika peneliti sudah bisa menentukan jenjang strukturnya.
Prinsip susunan hirarki merupakan suatu teorema di dalam AHP yang didasarkan atas kasus tertentu, yang dapat dibentuk oleh komposisi jaringan. Kedudukan hirarki yang dibentuk tidak bisa hanya dari satu kriteria, tetapi dari beberapa kriteria yang saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu diperlukan gabungan atau sintesa dari kriteria yang ada untuk menentukan alternatif.




AHP dan Kriteria Sains

    Sains atau ilmu pengetahuan dapat dipilah menjadi tiga kelompok yaitu ontologi (penentuan batas/ruang lingkup yang menjadi obyek penelahaan), epistemologi (cara kegiatan keilmuan dalam memperoleh dan menyusun pengetahuan) dan aksiologi (cara penggunaan/pemanfaatan pengetahuan ilmiah). Atas dasar pembagian itu, maka yang paling tepat meletakkan AHP adalah pada epistemologi keilmuan. Artinya AHP adalah salah satu cara kegiatan keilmuan dalam rangka memperoleh dan menyusun pengetahuan.
    Dilihat dari aspek epistemologinya, sains adalah bersifat deskriptif atau menjelaskan fenomena, bukan normatif. Hal ini didasarkan pada dugaan bahwa ilmu pengetahuan itu tidak lengkap. Oleh karena itu diperlukan bahasa dan matematika untuk memahaminya. Sedangkan yang dimaksud dengan normatif adalah menganggap posisi tertentu sebagai apa yang seharusnya berlaku. Analisa normatif tidak berawal dari fakta, tetapi lebih dari keyakinan. Di dalam ilmu ekonomi, hal ini didasarkan pada teori utilitas yang diharapkan perilaku kolektif dari individu-individu yang memiliki motivasi dan kepentingan masing-masing. Dalam kasus ini, antara obyek dan kondisi sudah ada sebelumnya (tersedia). Sebab perilaku merupakan hasil dari proses yang rasional dari suatu pemahaman. Tetapi, tidak setiap kondisi itu bersifat ekonomi. Lingkungan, sosial, politik dan budaya adalah hasil dari suatu sistem; yang lebih kurangnya merupakan koreksi dari suatu kondisi. Artinya, kondisi juga dapat terbentuk oleh faktor luar ekonomi. Dengan mencoba untuk merangkul segalanya, teori normatif memperlakukan kriteria intangible seperti tangible oleh suatu postulat skala ekonomi yang baik sekali. Adalah sukar untuk menyederhanakan semua yang intangible menjadi bersifat ekonomi dalam suatu tatanan yang dapat menjelaskan secara lengkap. Adalah meragukan bahwa teori ekonomi dapat mengatasi semua masalah manusia. Sebaliknya, orang percaya bahwa hal itu dapat menciptakan masalah dibidang lain dari perhatian manusia.
    Berdasarkan epistemologi, AHP dengan demikian termasuk pada ilmu pengetahuan deskriptif, yang sedikit banyak akan mirip dengan ilmu-ilmu fisik. Karakteristiknya adalah memperlakukan orang terpisah dari kondisi-kondisi yang ada (yang ditemui). Karena, sejauh ini tidak ada teori terpadu yang lengkap dari faktor-faktor sosio-ekonomi-politik-lingkungan dan budaya yang ada; yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara optimal prinsip-prinsip yang ada untuk perilaku manusia. Dalam konteks ini kiranya AHP berusaha untuk mengisi kekosongan ini, dan sebagai intrumen dapat digunakan untuk membangun suatu tatanan yang lengkap melalui pilihan optimum yang disarankan.
    Dalam pendekatan AHP, penegasan fakta tidak didasarkan pada kesalahan belaka, sebab hal itu tidak ditentukan oleh perangkat prosedur. Tujuan dari AHP ini adalah untuk membantu orang atau masyarakat dalam mengorganisasikan pemikiran dan pertimbangannya untuk membuat keputusan yang lebih efektif. Dengan demikian struktur yang dibangun didasarkan pada observasi tentang bagaimana pengaruh-pengaruh tersebut disebarkan dan perhitungannya didapat dari pengamatan psikologi tentang bagaimana fungsi manusia dalam mencoba memahami perilakunya.
    Dalam bentuk yang paling sederhana, AHP memulainya dengan konsep tradisional seperti skala ordinal untuk menentukan lapisan hirarki dan secara lebih jauh tentang perhitungan perbandingan pasangan dari susunan elemn pada masing-masing level yang dihasilkan. Idealnya, yang diberlakukan adalah struktur yang seragam pada jumlah dan kondisi yang  timbal-balik. Kemudian AHP menyimpulkan karakteristik perilaku tentang pertimbangan (ketidak-mantapan dan ketidak-lengkapan) dalam kerangka kerja dasar perbandingan pasangan tadi. Hal itu dimulai dengan dengan mengambil situasi atas dasar pengetahuan yang berdasarkan skala rasio. Karena itulah perlu diketahui perbandingan rasio, dan juga dapat menunjukkan bagaimana metoda tersebut memperoleh skala unik seperti halnya eigenvektor sebagai skala yang orginal. Diperlukan kemantapan yang tinggi jika ingin terus menjadi skala yang origunal yang berbasis pada skala rasio. Oleh karena penentuan jenjang struktur harus terus menerus menjadi perhatian dalam menghasilkan kemantapan yang tinggi tersebut.

Rasionalitas AHP

    Rasional di dalam AHP adalah sebagai berikut:
1.    Memfokuskan tujuan untuk memcahkan masalah
2.    Pengetahuan yang cukup tentang suatu masalah untuk dikembangkan menjadi relasi-relasi struktur (tatanan) dan pengaruh-pengaruhnya.
3.    Memiliki pengetahuan yang cukup, pengalaman dan akses ke pengetahuan dan pengalaman lain, untuk memperkirakan prioritas pengaruh dan kekuasaan (seperti pentingnya pilihan untuk mencapai tujuan secara tepat) diantara relasi-relasi di dalam struktur.
4.    memperkenankan perbedaan pendapat dengan kesanggupan/kecakapan untuk mencari kompromi terbaik.

Atas dasar rasionalitas tersebut, sebenarnya AHP tidak lain adalah suatu metode ilmiah karena memiliki karakteristik yang sama dengan metode ilmiah seperti sebagai berikut:
1.    Ada masalah yang ingin dipecahkan
2.    Ada hipotesis, artinya ada lebih dari satu jawaban untuk memcahkan masalah yang dihadapi
3.    Ada pengujian atau verifikasi dari hipotesis, yakni dengan melibatkan pengetahuan dan pengalaman serta khasanah ilmu pengetahuan lainnya untuk menguji dan menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan.

Jadi, AHP juga membangun metodologi untuk memperoleh dan menyusun pengetahuan baru dan menyediakan pengujian ulang atas temuannya dengan memeriksa bobot dan kemantapan atas variabel yang dipilih. Sebagai bukti dari hal tersebut adalah beberapa contoh aplikasi AHP diberbagai bidang seperti:

►Pengukuran Relatif : Kasus Memilih Rumah Terbaik
    Terdapat masalah dalam memilih 3 calon rumah yang dianggap paling memenuhi syarat. Langkah pertama, adalah menentukan struktur masalah kedalam hirarki. Hirarki pertama adalah tujuan keseluruhan dari kepuasan memiliki dan memilih rumah:
☻Ukuran rumah: jumlah dan ukuran ruang, luas rumah.
☻Transportasi: bagaimana pelayanan bus dll
☻Lingkungan: keamanan, pajak, kondisi fisik bangunan
☻Usia rumah: sedah berapa lama
☻Fasilitas Modern: AC, sistem alarm, air dll
☻Ruang Halaman: meliputi depan, belakang, samping dan jarak dengan tetangga
☻Kondisi Umum: kondisi dinding, karpet dll
☻keuangan: bank penjamin dll
☻Aspek lain yang kiranya diperlukan untuk memenuhi kepuasan untuk tinggal.
Langkah kedua, adalah membandingkan penilaian diatas terhadap tiga rumah yang akan dipilih. Pada level ini, menentukan bobot dan kemantapan dari sub-kriteria yang dipilih seperti pada langkah pertama. Perbandingan paangan ini selanjutnya menghasilkan pilihan (atas dasar skala fundamental). Langkah ketiga, adalah menetapkan pilihan rumah yang dianggap memuaskan dengan jalan menggabungkan prioritas pada masing-masing rumah yang akan dipilih. Setelah itu skor yang terbesar menjadi rumah yang dipilih, karena relatif paling memuaskan.

►Pengukuran Absolut
    Pada pengukuran absolut memiliki langkah yang sama. Langkah pertama adalah menentukan tujuan, dan hal ini sangat menentukan kriteria dan sub-kriteria yang dipilih. Karena sifat pengukuran yang absolut, maka penentuan urutan intensitas alternatif lebih jelas dan relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan dengan pengukuran relatif. Karena hal ini menyangkut ketersediaan data (tidak membuat data sendiri). Tetapi, sekali lagi format dalam menentukan tujuan secara keseluruhan dan di bawahnya sangat menentukan bobot dan konsistensinya.

Tinjauan terhadap AHP

    Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa AHP adalah teori umum tentang pengukuran. Sebagai suatu instrumen, AHP sudah banyak diaplikasikan dibidang sains lainnya seperti ilmu-ilmu sosial, ekonomi, politik, rekayasa teknologi dll. Hasil yang diperolehnya berguna untuk pengambilan keputusan, perencanaan, penyelesaian konflik dan peramalan, bagi pihak pemerintah maupun pihak-pihak lain yang memerlukan. Penggunaannya yang luas diberbagai kalangan menunjukkan bahwa AHP adalah salah satu metode yang efektif dalam menyelesaikan masalah di masyarakat.
    Dalam aspek metodologi, kesederhanaan metode adalah salah satu sebab mengapa AHP banyak dipakai diberbagai kalangan. Selain itu AHP juga memberi tekanan pada bobot dan konsistensi terhadap kriteria dan sub-kriteria yang dipakai, sehingga aspek validitas dan reabilitas dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga verifikasi hasilnya, yakni prioritas pilihan dalam pengambilan keputusan seperti dalam perencanaan, pengambilan keputusan, penyelesaian konflik dapat dipertanggung jawabkan.
    Dari aspek lain, AHP bersifat komprehensif sehingga diperlukan oleh berbagai bidang ilmu sehingga dapat menmbah wawasan bagi bidang ilmu lain yang ingin menerapkan. Hal ini terbukti dengan telah diterapkannya AHP dibidang ekonomi/manajemen yang meliputi auditing, seleksi database, perencanaan, arsitektur, keuangan, makro ekonomi, marketing (pilihan konsumen, disain produk dan pengembangan), fasilitas lokasi, alokasi sumberdaya, kebijakan, transportasi, penelitian air. Di dalam masalah politik AHP sudah digunakan sebagai kontrol terhadap tentara, konflik dan negosiasi, pemilihan calon, permainan perang dll. Di dalam ilmu sosial AHP sudah digunakan pada pendidikan, isu lingkungan, kesehatan, hukum, farmasi, demografi, sektor publik. Di dalam penerapan teknologi meliputi seleksi psar, transfer teknologi dll.
    AHP sudah begitu maju sehingga tersedia perangkat lunak untuk pengoperasiannya, sehingga para pengguna tidak terlalu sulit mempelajarinya. Selain itu, AHP juga tidak terlalu bersifat filosofis yang oleh sebagian orang cukup sulit dimengerti, tetapi lebih bersifat teknis dengan sudah jelas cara penggunaannya.
    Seperti halnya metode ilmiah lainnya, AHP juga tidak terlepas dari beberapa kelemahan, karena pada dasarnya tidak ada metode atau instrumen yang dapat dipakai disemua bidang ilmu. Salah satu yang menjadi titik lemah dalam AHP adalah sebenarnya juga merupakan kekuatan dari AHP itu, yakni kesederhanaan metodenya. Kesederhanaan ini menyebabkan tingkat kedalaman analisisnya terhadap suatu masalah menjadi kurang mendalam. Tetapi ini juga tidak menjadikan AHP tidak layak  dipakai, karena ada kesepakatan tertentu dikalangan ahli metodologi bahwa bagi kalangan yang sudah kategori pakar, pengalaman penelitian juga dapat mengatasi problem itu. Tetapi bagi peneliti yang belum menguasai bidangnya secara baik, maka penggunaan AHP dapat menjadi kendala. Karena seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tantangan dalam menentukan struktur hirarki itu justru merupakan tantangan seseorang dalam menguasai permasalahan dibidang ilmu tertentu.
    Selain itu, titik lemah yang justru menjadi kelugasan dalam AHP adalah AHP dapat bekerja jika ada pilihan yang disediakan (berdasarkan kriteria yang ditetapkan). Dengan demikian, AHP kurang cocok bagi penelitian eksplorasi atau penemuan baru seperti yang dilakukan oleh ilmu-ilmu dasar tetapi lebih cocok pada ilmu terapan. Mungkin hal ini merupakan konsekuensi dari AHP sebagai teori umum tentang pengukuran, yang memberi fasilitas instrumen tertentu untuk memecahkan persoalan tertentu.
    Tantangan lain adalah menentukan faktor-faktor yang termasuk dalam struktur hirarki, karena memerlukan pengetahuan yang mendalam dan luas. Selain itu, menentukan pembobotan dan kemantapan kriteria adalah pekerjaan yang tidak begitu mudah, karena jika pembobotan dan konsistensi ini tidak valid dan reliabel (teruji kecocokannya dengan kriteria yang dipilih) maka pilihannya akan menjadi salah. Gradasi alternatif atau pilihan yang dibuat harus benar-benar bisa dipertanggung-jawabkan. Tetapi hal ini merupakan tantangan bagi peneliti dibidang ilmu masing-masing.
    Beberapa yang masih perlu diperdebatkan tentang aplikasi AHP di bidang-bidang lain adalah bahwa AHP cenderung mengubah karakteristik analisis suatu bidang ilmu. Disiplin ilmu yang ingin menggunakan AHP dalam perangkat analisisnya, perlu menyesuaikan dengan karakteristik AHP. Tetapi ini juga merupakan pilihan bagi seseorang untuk memakai AHP sebagai alternatif analisis dalam menyelesaikan masalah. Karena, usaha-usaha untuk mengisi kekosongan teori yang lengkap untuk semua kajian keilmuan sudah coba disuguhkan oleh AHP.
    Penggunaan AHP di dalam ilmu ekonomi, jika dibandingkan dengan perkembangan analisa biaya-manfaat (benefit cost analysis) yang sudah berkembang jauh sebelumnya, menunjukkan bahwa AHP bukan sesuatu yang baru sama sekali karena analisis jenis ini sudah digunakan di dalam ilmu ekonomi. Tetapi, fleksibilitas dari AHP untuk digunakan atau diaplikasikan diberbagai bidang ilmu memang lebih menonjol. Silahkan mencoba.

1 komentar :

  1. Olah Data AHP (Analisis Hirarki Proses) Expert Choice 11
    WhatsApp : +6285227746673
    IG : @olahdatasemarang
    Website : http://biro-jasa-spss.blogspot.co.id
    Terdaftar Di Google Map Dengan Nama Olah Data Semarang

    BalasHapus