Studi Kebijakan
Pembangunan Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Oleh:
Dr. Rudi Iskandar, M.Si
Dosen Jurusan Geografi FIS Univ.
Negeri Jakarta
Anggota Pengurus Pusat Ikatan
Geografiwan Indonesia
email: rudiiskandar@hotmail.com
Abstract
Rudi
Iskandar. 2011. Study Of The Development
Policy at The district of Administration ‘Kepulauan Seribu’, Jakarta.
Department Of Geography Faculty Of Social Sciences Of The State University Of
Jakarta.
This
research aims to compile the design development of the district of
administration of ‘Kepulauan Seribu’, with emphasis to know: (a) the basics of
development planning, management of natural resources and the environment on
the district of Administration of the thousand islands (b). The direction and
policies of district of administration ‘Kepulauan Seribu’ building in the field
of socio-economic, environmental, tourism and other sektor which allows to
develop.
The
methods used in this research is Descriptive Qualitative (especially on a
review of secondary data or literature) Quantitative and descriptive
(especially survey of empirical research). Survey of empirical research is the
result of a survey that has been done, then given an explanation in detail.
Survey instrument contained questions that highlight the area's potential in
the area of research and the opportunities for its development. The Survey was
done to the population who considered local figures such as RW, Chair of the
religious leaders, youth leaders, professionals (fishermen, merchants, doctors,
teachers etc.). Survey of empirical research in the analysis techniques are
cross-tabulated the frequency, which is very useful in digging the subject
information from respondents.
The
population in this research is a member of the community that some people
opinion considered notable, either as informal leaders in the public and formal
character. Therefore be purposive, then the sample is selected that has lights
in the Community criteria. To see the lights in the community and the quality,
then the researcher using another way of measuring the ability of respondents
in accessing information that is present (for example: reading the newspaper,
tabloid, magazine, heard the radio and hear and see the television show). It
aims to refine the quality of the cast, which was seen by some people. The
sample in this study came from four villages namely Kelurahan Pramuka,
Kelurahan P. Panggang, Kelurahan P. Karya, Kelurahan P. Kelapa. In the location
sets them down as the sample response, because the region is considered to
represent the nature of the population and the characteristics of the area of
the administration of “Kepulauan Seribu”
The
results showed that local governance Administration of “Kepulauan Seribu”,
direction of development policy and the main performance indicators in the
management of natural resources and the environment is sufficient according to
the research findings in the field. The study found, there has been a decline
in the quality of the environment and natural resources of significant
Administrative District thousand islands, especially this decade. Economic development sector, has designed a
special area setup as the anticipation to spur economic growth primarily
through the tourism sector.
The
study also found that the main issue for local government is not on the design
development of the region, because the direction of the policy that is created
is sufficient according to the development needs of the region. But, the policy
has not been able to implement the planned field for good. This is evidenced by
the findings of this study, where the natural resources and environmental
damage has been sustained during this decade. That is, the development process
for this in the thousand islands have not managed to reduce damage to the
environment and natural resources, which are the main potential of this region.
Keyword: Development Policy,
management of natural resources and the environment
ABSTRAK
Rudi Iskandar.2011. Studi
Kebijakan Pembangunan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jurusan
Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta.
Penelitian
ini bertujuan untuk memuat/menyusun disain pengembangan kabupaten
Administrasi Kepulauan
Seribu DKI Jakarta, dengan menekankan untuk mengetahui:
(a). Dasar-dasar perencanaan pembangunan,
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan Di Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu (b).
Arah dan Kebijakan pembangunan Kabupaten Kepulauan Seribu dibidang
sosial-ekonomi, lingkungan hidup, sektor pariwisata dan bidang-bidang lain yang
memungkinkan untuk dikembangkan.
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif ( terutama
pada telaah data sekunder atau literatur) dan Deskriptif Kuantitatif (terutama
survey eksplanasi). Survey Eksplanasi adalah survey yang telah
dilakukan, kemudian diberi penjelasan secara detil. Instrumen survey berisi
pertanyaan yang menekankan pada potensi daerah di wilayah penelitian dan
peluang untuk pengembangannya. Survey dilakukan kepada penduduk yang
dianggap tokoh setempat seperti ketua
RW, pemuka agama, tokoh pemuda, kalangan profesional (nelayan, pedagang,
dokter, guru dll). Teknik analisa dalam survey eksplanasi adalah frekuensi,
tabulasi silang yang mana sangat bermanfaat dalam menggali informasi pokok dari
responden.
Populasi
dalam penelitian ini adalah anggota masyarakat yang menurut pendapat sebagian
orang dianggap tokoh, baik sebagai tokoh informal di masyarakat maupun tokoh
formal. Oleh karena bersifat purposive, maka sampel yang dipilih adalah yang
memiliki kriteria ketokohan di masyarakat. Untuk melihat ketokohan di
masyarakat dan kualitasnya, maka peneliti menggunakan cara lain untuk mengukur
kemampuan responden dalam mengakses informasi yang kekinian (misal: membaca
koran, tabloid, majalah, mendengar radio dan mendengar dan melihat acara
televisi). Hal ini bertujuan untuk menyaring kualitas ke-tokoh-an yang dianggap oleh sebagian masyarakat. Sampel di dalam
penelitian ini berasal dari empat
kelurahan yakni Kelurahan Pramuka, Kelurahan P. Panggang, Kelurahan P. Karya,
Kelurahan P. Kelapa. Di tetapkannya lokasi tersebut sebagai sampel respon,
karena wilayah tersebut dianggap mewakili sifat populasi dan karakteristik
wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pemerintahan Daerah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Arah Kebijakan
Pembangunan dan indikator kinerja utama dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sudah cukup sesuai dengan temuan
penelitian di lapang. Penelitian ini menemukan, telah terjadi penurunan kualitas sumberdaya alam dan
lingkungan yang signifikan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, terutama dalam satu dasawarsa ini. Arah kebijakan pembangunan sudah
mengantisipasi temuan penelitian ini (memasukkannya ke dalam program kebijakan
pembangunan). Sektor pengembangan ekonomi, sudah dirancang penataan kawasan
khusus sebagai antisipasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi terutama melalui
sektor pariwisata.
Penelitian ini juga menemukan bahwa
persoalan utama bagi Pemerintah Daerah adalah bukan pada rancangan
pengembangan wilayah yang buruk, karena
arah kebijakan yang dibuat sudah cukup sesuai dengan kebutuhan pembangunan
wilayah ini. Tapi, kebijakan yang sudah
direncanakan belum mampu diimplementasi dilapangan secara baik. Hal ini
dibuktikan melalui temuan penelitian ini, dimana kerusakan sumberdaya alam dan
lingkungan telah berlangsung terus-menerus selama dekade ini. Artinya, proses
pembangunan selama ini di Kepulauan Seribu belum berhasil mengurangi kerusakan
lingkungan dan sumberdaya alam, yang merupakan potensi utama wilayah ini.
Kata Kunci: Kebijakan Pembangunan, Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan
PENDAHULUAN
Wilayah
Kepulauan Seribu merupakan satu-satunya wilayah dengan status
kabupaten Administrasi yang berada di DKI Jakarta, dengan bentuk wilayah yang
sangat berbeda dengan daerah Daratan Jakarta lainnya. Sebagian besar penduduknya adalah nelayan,
dengan pola permukiman yang terpencar menurut letak pulau-pulau tersebut. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Iskandar (1995), menemukan bahwa sumbangan
terbesar pendapatan total rumahtangga di kepulauan Seribu adalah usaha dari
sektor nelayan. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa distribusi
pendapatan rumahtangga (dengan menggunakan dua tolok ukur yakni bank
dunia dan indeks Gini) bervariasi,
dimana di Pulau Panggang diperoleh indeks Gini sebesar 0,5732 dan di Pulau
Untung Jawa diperoleh indeks Gini sebesar 0,3648. Cukup tingginya angka indeks
Gini menunjukkan bahwa adanya ketidak merataan pendapatan rumahtangganya
nelayan. Hal ini juga menunjukkan adanya ketimpangan kesejahteraan di wilayah
ini.
Hasil
penelitian lain yang dilakukan oleh Iskandar (1997), menemukan bahwa di wilayah
yang berpenduduk lebih padat (seperti Pulau Panggang), kaitan persepsi penduduk
terhadap lingkungan dan responnya terhadap pembangunan lebih jelek dibandingkan
dengan wilayah yang berpenduduk lebih renggang (seperti Pulau Tidung). Hal ini
menunjukkan jika seseorang memiliki persepsi yang baik tentang lingkungan
dimana seseorang itu tinggal, maka tanggapannya terhadap pembangunan di wilayah
itu semakin baik. Dengan demikian, Salah satu yang membentuk persepsi tentang
lingkungan adalah kepadatan penduduk di suatu wilayah.
Dua
penelitian di atas menunjukkan bahwa kesejahteraan penduduk dan kondisi
lingkungan wilayah (yang
dapat ditunjukkan dengan indikator kepadatan penduduk) di wilayah kepulauan
seribu merupakan faktor yang penting dalam kemajuan dan keberlangsungan
pembangunan di wilayah ini.
Perubahan Kabupaten Kepulauan Seribu
yang relatif baru mendapatkan status administrasinya,
karena adanya pemekaran wilayah di propinsi DKI Jakarta; dimaksudkan untuk
lebih mengakomodasikan berbagai kepentingan pembangunan secara keseluruhan di
wilayah ini. Beberapa kepentingan pembangunan yang perlu mendapat perhatian
dalam upaya pembangunan Kabupaten Kepulauan Seribu adalah untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah yang masih relatif kecil dari wilayah ini, mengembangkan
sektor industri pariwisata kelautan dan sektor lain yang terkait, serta
pengembangan sumberdaya manusia (penduduk lokal). Persoalannya adalah potensi
apa yang perlu dikembangkan sehingga pembangunan Kabupaten Kepulauan Seribu
menjadi optimal ? Sebagai contoh adakah potensi wisata yang dapat dikembangkan
yang selama ini masih belum tersentuh ?
Bagaimanakah mengembangkan Visi pendidikan yang relevan dengan kondisi wilayah
Kepulauan Seribu ?
Sehubungan
dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, perlunya kiranya suatu Desain Pengembangan
Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu, yaitu suatu rencana yang sifatnya menyeluruh dan strategik
sebagai kerangka landasan yang kokoh bagi pelaksanaan pembangunan dan
pengelolaan Kabupaten Kepulauan Seribu.
Perumusan
Masalah
Tekanan
dan ancaman terhadap lingkungan akibat proses pembangunan di Kepulauan Seribu pada saat ini
masih berlangsung dan meningkat terus intensitasnya. Tekanan tersebut datang
baik dari daratan Jakarta maupun wilayah Kepulauan Seribu sendiri. Salah
satunya adalah pencemaran yang terjadi di Pulau-pulau yang dekat dengan teluk
Jakarta, memiliki kecerahan dan salinitas yang rendah yang dipengaruhi oleh 13
sungai yang mengalirkan airnya ke Teluk Jakarta (Suharsono, 2005). Sebanyak 65% - 92%
nelayan dari 5 kelurahan (Pulau Panggang, Pulau Kelapa, Pulau Pari, Pulau
Harapan, dan Pulau Untung Jawa) menyatakan bahwa hasil tangkapan menurun
(Napitupulu dkk., 2005).
Meningkatnya
kegiatan wisata di Kepulauan Seribu menyebabkan beberapa masalah yang terjadi
seperti sampah yang banyak dan belum semua terkelola (Wijayanti, 2008),
perilaku masyarakat di Kepulauan Seribu yang terlihat mulai terpengaruh oleh
budaya yang dibawa oleh wisatawan, serta semakin maraknya pembangunan
penginapan. Atas dasar masalah tersebut, maka ditumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pembangunan dan pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan di Kabupaten Kepulauan Seribu yang optimal ?
2.
Bagimanakah Arah dan Kebijakan pembangunan Kabupaten Kepulauan Seribu di bidang sosial-ekonomi,
lingkungan hidup, sektor pariwisata dan
bidang-bidang lain ?
METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan
Penelitian
Tujuan Studi penyusunan desain Pengembangan Kabupaten Kepulauan Seribu ini adalah
untuk mengetahui:
a.
Dasar-dasar perencanaan pembangunan, pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan Di Kabupaten Kepulauan Seribu
b.
Arah dan Kebijakan pembangunan Kabupaten Kepulauan Seribu dibidang
sosial-ekonomi, lingkungan hidup, pendidikan, sektor pariwisata dan
bidang-bidang lain yang memungkinkan untuk dikembangkan yang bisa diketahui
setelah dilakukan penelitian yang mendalam.
Untuk mencapai tujuan
studi seperti disebutkan di atas, sasaran studi terutama diarahkan pada:
(1). Penelahaan potensi Fisik wilayah dan
keadaan sosial ekonomi kabupaten Kepulauan Seribu.
(2). Penelahaan
penggunaan lahan sebelumnya dan saat ini.
(3). Penelahaan
rencana pengembangan wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu serta wilayah
sekitarnya
(4). Penelahaan
terhadap permasalahan serta
hambatan bagi pembangunan dan
pengelolaan Kabupaten Kepulauan Seribu.
Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian berada di Gugus Kepulauan
Seribu Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta. Penentuan
lokasi dilakukan secara sengaja (purposive).
Waktu penelitian berlangsung dari bulan Juni s/d Desember 2011 selama kurang lebih 4 bulan.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah survey
eksplanasi, artinya hasil survey yang dilakukan, kemudian diberi penjelasan.
Survey dilakukan kepada penduduk yang dianggap
tokoh setempat seperti ketua RW, pemuka agama, tokoh pemuda, kalangan
profesional (nelayan, pedagang, dokter, guru dll). Di dalam penelitian ini,
menjaring informasi pokok dari responden (data) primer maupun informasi lainnya
dalam bentuk data yang sudah tersedia data sekunder).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian anggota masyarakat
yang menurut pendapat sebagian orang dianggap tokoh, baik sebagai tokoh
informal di masyarakat maupun tokoh formal. Oleh karena bersifat purposive,
maka sampel yang dipilih adalah yang memiliki kriteria ketokohan di masyarakat.
Untuk melihat ketokohan di masyarakat dan kualitasnya, maka peneliti
menggunakan cara lain untuk mengukur kemampuan responden dalam mengakses
informasi yang kekinian (misal: membaca koran, tabloid, majalah, mendengar
radio dan mendengar dan melihat acara televisi). Hal ini bertujuan untuk
menyaring kualitas ke-tokoh-an yang dianggap
oleh sebagian masyarakat. Sampel di dalam penelitian ini berasal dari empat kelurahan yakni Kelurahan
Pramuka, Kelurahan P. Panggang, Kelurahan P. Karya, Kelurahan P. Kelapa. Di
tetapkannya lokasi ersebut sebagai sampel respon, karena wilayah tersebut
dianggap mewakili sifat populasi dan karakteristik wilayah Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu.
Teknik
Pengumpulan Data
Ada
dua macam data yang dikumpulkan, yaitu data sekunder dan primer. Untuk data
sekunder peneliti melakukannya sejak bulan Juni 2011. Adapan data sekunder yang
digunakan meliputi Sedangkan
data sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas atau Instansi terkait serta
dari pustaka yang relevan dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari
lembaga-lembaga/Instansi yang terkait yaitu Departemen Kelautan dan Perikanan,
Kantor Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, Dinas Perikanan dan Kelautan
Propinsi DKI Jakarta, Kantor Bappeda Propinsi DKI Jakarta, Bapedalda DKI
Jakarta dan Dinas Pariwisata DKI Jakarta. Sedangkan lembaga di tingkat
Kabupaten adalah Kantor Bupati Kepulauan Seribu serta jajaran dibawahnya antara
lain Subdin Perikanan dan Kelautan,
Subdin Pariwisata, Bappekab Kepulauan Seribu, Camat Kepulauan
Seribu Utara dan Selatan, Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa,
Kelurahan Pulau Tidung, dan Kantor Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu di
Pulau Pramuka, RTRW Kabupapaten Adminstrasi Kepuluan Seribu dan
sekitarnya, data Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan data-data lain
yang menunjang. Sementara data primer diperoleh antara bulan Agustus s/d
September 2011. Di dalam pengambilan data primer, petugas lapangan yang
sebelumnya diarahkan oleh peneliti, melakukan penyebaran instrumen berupa
angket. Data primer
adalah data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dengan berpedoman
pada kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pengumpulan data primer
dilakukan berdasarkan wawancara langsung dengan para Tokoh Masyarakat (formal
dan informal) dan Swasta/LSM. Angket yang disebar menggali
pendapat respon tentang potensi Kabupaten Kepulauan Seribu, perkembangan
pembangunan selama ini dan pendapat responden tetang kemungkinan perkembangannya
ke depan.
Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah melakukan analisa kualitatif dan kuantitatif. Analisa
kualitatif dilakukan terutama terhadap rencana pembangunan yang sudah
dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
melalui Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) tahun 2010. Di dalam
analisa kualitatif ini peneliti melihat sejauh mana implementasi Visi, Misi dan
Strategi dan Arah Kebijakan Daerah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,
terutama pada data sekunder. Selain itu juga Bagaimana menentukan sasaran dan
indikator apa yang digunakan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Sementara dalam analisa kuantitatif, peneliti menggunakan teknik statistika
yang sederhana seperti frekuensi dan tabulasi silang untuk menganalisa
informasi yang diperoleh dari respon (data primer). Digunakannya teknik
analisis ini, karena peneliti ingin menyajikan informasi yang sederhana dan
mudah dicerna. Selain itu, informasi yang diperoleh dari responden adalah
informasi yang cukup mendasar bagi pembangunan di Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik
Responden
Responden yang dipilih
secara Purposive dalam penelitian ini adalah para tokoh, yang dianggap dapat
mewakili masyarakat dalam menyerap aspirasi mereka. Namun demikian, ketokohan
tersebut perlu juga didukung oleh berbagai hal, seperti: (a) tingkat pendidikan
dan, (b) akses terhadap informasi. Berdasarkan tingkat pendidikan responden, maka dapat dilihat sebagai berikut: lebih 80 %
responden adalah berpendidikan SMA ke atas, lebih dari 50 % merupakan
pendidikan akademi ke atas. Berdasarkan kemampuan responden mengakses
informasi, maka dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1.
Responden yang Menonton TV dlm 3 bln Terakhir
|
|||||
|
|||||
Menonton TV dlm 3 bln terakhir
|
Asal Reponden
|
Total
|
|||
P. Pramuka
|
P. Panggang
|
P. Kelapa
|
P. Karya
|
||
ya
Total
|
10
|
8
|
8
|
1
|
27
|
10
|
8
|
8
|
1
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus –
September 2011
Dari
Tabel 1 dapat diketahui bahwa
seluruh responden menonton TV. Adapun siaran TV apa yang dilihat respon adalah
sebagai berikut
Tabel 2. TV Nasional yg
sering ditonton responden 3 bln terakhir
|
|||||
|
|||||
TV Nasional yg
sering ditonton 3 bln terakhir
|
Asal Reponden
|
Total
|
|||
P. Pramuka
|
P. Panggang
|
P. Kelapa
|
P. Karya
|
||
Indosiar
MNC/TPI
Metro
RCTI
Trans
Trans 7
TV One
TVRI
Total
|
2
|
0
|
2
|
0
|
4
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
|
1
|
3
|
0
|
1
|
5
|
|
0
|
2
|
2
|
0
|
4
|
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
|
0
|
1
|
2
|
0
|
3
|
|
6
|
2
|
0
|
0
|
8
|
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
|
10
|
8
|
8
|
1
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September
2011
Tabel 2
tersebut menunjukkan bahwa responden bervariasi dalam melihat stasiun TV yang
mereka minati. Namun tidak dengan media yang lain seperti radio, Koran, majalah dan tabloid. Tidak semua responden mengakases
media tersebut, tetapi sebagian besar mengakses informasi dari berbagai media
seperti surat kabar/Koran, lebih dari 75 % responden adalah membaca Koran dalam
kurum 3 bulan terakhir, seperti yang terlihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Responden yang Membaca surat kabar harian 3 bln terakhir
|
|||||
|
|||||
Membaca surat kabar harian 3
bln terakhir
|
Alamat Reponden
|
Total
|
|||
P. Pramuka
|
P. Panggang
|
P. Kelapa
|
P. Karya
|
||
ya
tidak
Total
|
8
|
5
|
7
|
1
|
21
|
2
|
3
|
1
|
0
|
6
|
|
10
|
8
|
8
|
1
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus –
September 2011
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan
menunjukkan bahwa responden yang dipilih, selain menurut sebagian warga
merupakan tokoh, mereka juga sebagaian besar berpendidikan sekolah menengan
atas (SMA) ke atas dan mengakses media informasi secara rutin. Hal ini
menunjukkan bahwa responden memang layak diminta keterangannya tentang
informasi di wilayah tempat tinggal mereka.
Pembahasan
dan Analisa Hasil
Pendapat responden
tentang pembangunan di Kabupaten Adm. Kep Seribu
Sebagian besar
responden berpendapat bahwa pemanfaatan potensi Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu menuju ke arah yang yang benar atau sesuai, tetapi lebih 35 % berpendapat ke arah yang salah dan
tidak tahu. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa ada masalah pembangunan di
wilayah tempat mereka tinggal.
Tabel 4. Pemanfaatan Potensi Daerah Kab. Adm Kep Seribu Menuju Kearah Yang Benar
Apakah Pemanfaatan
Potensi Daerah Kab. Adm Kep. Seribu
Menuju Kearah Yang Benar
|
Total
|
|||
Ke Arah Yang Benar
|
Ke Arah Yang Salah
|
Tidak Tahu
|
||
P. Pramuka
|
7
|
2
|
1
|
10
|
P. Panggang
|
5
|
2
|
1
|
8
|
P. Kelapa
|
4
|
3
|
1
|
8
|
P. Karya
|
1
|
0
|
0
|
1
|
Total
|
17
|
7
|
3
|
27
|
Sumber : Penelitian Lapangan Agustus –
September 2011
Untuk itu, maka perlu
digali permasalahan di wilayah masing-masing agar dapat dicari solusinya.
Berdasarkan permasalahan yang paling sering terjadi dalam lingkungan sekitar,
maka diperoleh informasi sebagai berikut:
Tabel 5. Pendapat Responden Tentang Permasalahan Yang Paling
Sering Terjadi Dalam Lingkungan Sekitar
Alamat Responden
|
Permasalahan Yang Paling Sering Ke-1 Terjadi
Dalam Lingkungan Sekitar
|
Total
|
|||
Koperasi
|
Jalan dan jembatan
|
Listrik
|
Air bersih
|
||
P.
Pramuka
|
0
|
0
|
7
|
3
|
10
|
P.
Panggang
|
1
|
0
|
7
|
0
|
8
|
P.
Kelapa
|
0
|
1
|
4
|
3
|
8
|
P.
Karya
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
Total
|
1
|
1
|
18
|
7
|
27
|
Sumber : Penelitian Lapangan Agustus – September
2011
Dari Tabel 5, menunjukkan bahwa masalah utama bagi
masyarakat Kepulauan Seribu adalah listrik dan air bersih. Memang kebutuhan dua
hal tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan keduanya sangat
vital untuk dipenuhi kebutuhannya, jika tidak maka, orang yang akan
merencanakan investasinya di Kep Seribu akan berfikir ulang untuk melakukannya.
Bagaimana upaya Pemerintah daerah dalam mengatasi hal tersebut ? tentu dapat
kita ketahui melalui strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah. Adapun potensi utama
yang menurut responden terdapat di Kabupaten Adminstrasi Kep. Seribu adalah sektor
pariwisata dan budidaya ikan kerapu. Adapun potensi lainnya adalah industri
rumahtangga seperti ikan asin, terumbu karang dan Pengeboran minyak.
Tabel
6. Potensi Utama yang Dimiliki
Kab
Adm Kep Seribu Saat Ini
Asal Responden
|
Potensi Utama Dimiliki Kab Adm Kep Seribu Saat
Ini
|
Total
|
|
Budidaya Ikan Kerapu
|
Pariwisata
|
||
P. Pramuka
|
2
|
8
|
10
|
P. Panggang
|
1
|
7
|
8
|
P. Kelapa
|
5
|
3
|
8
|
P. Karya
|
1
|
0
|
1
|
Total
|
9
|
18
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
Tabel 7. Potensi Yang Kedua Dimiliki Kab Adm Kep
Seribu Yang Anda Ketahui Saat Ini
Asal Responden
|
Potensi
Kedua Dimiliki Kab Adm Kep Seribu Yang Anda Ketahui Saat Ini
|
Total
|
||||
Budidaya Ikan kerapu
|
Pariwisata
|
Industri rumahtangga (ikan asin)
|
terumbu karang
|
pengeboran minyak
|
||
P. Pramuka
|
3
|
4
|
2
|
1
|
0
|
10
|
P. Panggang
|
5
|
0
|
1
|
1
|
1
|
8
|
P. Kelapa
|
4
|
4
|
0
|
0
|
0
|
8
|
P. Karya
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
Total
|
12
|
9
|
3
|
2
|
1
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
Secara lebih mendalam,
peneliti ingin mengetahui, apakah potensi yang mereka sebutkan itu benar-benar
ada dan pernah mereka lihat. Sebagian besar responden tetap konsisten
menyebutkan bahwa sektor pariwisata adalah yang dominan seperti pada Tabel 8 :
Tabel 8. Pendapat Responden Tentang Potensi
Utama Yang Pernah
Dilihat/Dengar Di
Sekitar
Asal Responden
|
Potensi Utama Yang Pernah Dilihat/Dengar Di Sekitar Anda
|
Total
|
||
Terumbu Karang
|
Perikanan Budidaya
|
Pariwisata
|
||
P. Pramuka
|
1
|
1
|
8
|
10
|
P. Panggang
|
0
|
0
|
8
|
8
|
P. Kelapa
|
1
|
4
|
3
|
8
|
P. Karya
|
0
|
0
|
1
|
1
|
Total
|
2
|
5
|
20
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
Dari Tabel
8, dapat diketahui
bahwa responden benar-benar mengetahui secara
baik potensi disekitarnya. Secara lebih mendalam peneliti ingin juga mengetahui bahwa potensi tersebut bukan hanya
diketahui saja, tetapi bagaimana kemungkinan untuk dikelola oleh
masyarakat. Dalam hal ini
peneliti ingin mengetahui sektor
apa saja yang akan dikelola responden (berdasarkan kemampuannya saat ini) yang akan datang berdasrkan potensi yang ada.
Tabel 9. Pendapat Responden Tentang Potensi Yang Akan
Dikelola
Asal Responden
|
Potensi Yang Akan
Dikelola Responden
|
Total
|
||||||
Terumbu Karang
|
Hutan Mangrove
|
Perikanan Budidaya
|
Perikanan Tangkap
|
Pariwisata
|
Kerajinan
ciendramata/souvenir
|
tidak tahu
|
||
P.
Pramuka
|
0
|
1
|
2
|
1
|
5
|
0
|
1
|
10
|
P.
Panggang
|
0
|
0
|
4
|
0
|
4
|
0
|
0
|
8
|
P.
Kelapa
|
2
|
1
|
4
|
0
|
0
|
1
|
0
|
8
|
P.
Karya
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
Total
|
2
|
2
|
11
|
1
|
9
|
1
|
1
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
Dari jawaban responden tersebut, sektor perikanan
budidaya dan pariwisata adalah yang paling dominan akan mereka kelola atau yang
sudah mereka kelola. Adapun potensi lain seperti terumbu karang, hutan
mangrove, perikanan tangkap dan kerajinan cenderamata/souvenir juga menjadi
pilihan mereka walaupun hannya sebagian kecil saja. Hal ini menunjukkan bahwa responden
menganggap pariwisata dan perikanan budidaya kerapu ada potensi nyata di
wilayah mereka.
Selain potensi yang
akan dikelola, tentu perlu juga diketahui potensi apa yang perlu dihindari oleh
masyarakat karena berpotensi
merugikan atau merusak sumberdaya alam. Menurut responden, potensi yang akan
dihindari untuk dikelola adalah:
Tabel 10. Potensi Yang Tidak Akan Dipilih untuk Dikelola
Alamat Responden
|
Potensi Yang Tidak
Akan Dipilih Anda untuk dikelola
|
Total
|
||||||
Rumput Laut
|
Terumbu Karang
|
Hutan Mangrove
|
Perikanan Tangkap
|
Minyak dan Gas Bumi
|
Horekan*
|
tidak tahu
|
||
P.
Pramuka
|
8
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
10
|
P.
Panggang
|
4
|
3
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
8
|
P.
Kelapa
|
4
|
0
|
3
|
0
|
0
|
1
|
0
|
8
|
P.
Karya
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
Total
|
16
|
3
|
3
|
2
|
1
|
1
|
1
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
*(hotel, restoran dan rumah makan/kantin)
Dari informasi pada
tabel 10 maka diketahui bahwa
rumput laut adalah sektor
yang paling tidak mereka pilih untuk dikelola. Hal ini tentunya cukup
mengherankan, karena lingkungan terumbu karang seperti Kepulauan Seribu adalah
tempat yang baik untuk budidaya rumput laut. Ketika pertengahan tahun 90-an
sampai dengan tahun 2000, peneliti juga melakukan riset di tempat yang sama, pada
saat itu usaha rumput laut
sedang digemari oleh masyarakat
karena banyak sekali permintaan untuk komoditi tersebut, seperti untuk bahan
dasar alat kecantikan maupun bahan dasar makanan. Untuk itu maka perlu
diketahui secara lebih mendalam mengapa hal ini bisa terjadi, sehingga
masyarakat kepulauan seribu tidak mau
melanjutkan usaha ini.
Tabel 11. Alasan Responden Tidak Memilih Potensi pada Tabel 18
Alamat Responden
|
Alasan Tidak Memilih
|
Total
|
||||||
Potensi yang ada semakin hari semakin berkurang
|
Merusak lingkungan
|
Eksploitasi potensi daerah belum mengangkat
kesejahteraan rakyat
|
Kualitas sumberdaya lahan yang relatif
rendah
|
Kurangnya perhatian pemerintah
|
Kebijakan tidak berpihak pada rakyat
|
Lainnya
|
||
P.
Pramuka
|
3
|
2
|
0
|
4
|
1
|
0
|
0
|
10
|
P.
Panggang
|
1
|
1
|
0
|
4
|
0
|
2
|
0
|
8
|
P.
Kelapa
|
4
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
3
|
8
|
P.
Karya
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
Total
|
8
|
4
|
1
|
8
|
1
|
2
|
3
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
Berdasarkan Tabel 11
diketahui bahwa mengapa mereka tidak memilih usaha untuk mengembangkan seperti rumput laut dan
lain-lain di lingkungan
sekitar tempat tinggal mereka. Oleh karena potensi yang tersedia selama ini semakin lama
semakin berkurang terutama di P Kelapa, P. Panggang dan P. Pramuka.Tetapi ada
juga yang sebagian berpendapat bahwa
Eksploitasi potensi tersebut belum
mengangkat kesejahteraan rakyat dan juga karena kurangnya perhatian pemerintah dalam
membantu masyarakat dalam mengembangkan usaha ini. Potensi yang tidak responden pilih untuk
dikembangkan cukup bervariasi di berbagai lingkungan wilayah. Hal
ini juga dapat menunjukkan ada indikasi
kerusakan lingkungan di beberapa wilayah di Kepulauan Seribu.
Karena keengganan mereka untuk tidak mau mengelola potensi ini selain potensi
semakin berkurang (degradasi kualitas SDA) juga berakibat pada usaha mereka
yang merugi. Jadi, secara sederhana dapat ditarik benang merah, jika masyarakat
sudah tidak lagi mau mengembang potensi suatu komoditi, berbanding lurus dengan
menurunnya kualitas lingkungan di sekitar mereka. Responden mengakui bahwa potensi yang tidak mereka
pilih sekarang, dahulu merupakan potensi utama di daerah mereka. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 12
Tabel 12. Pendapat Responden Tentang Potensi Daerah
Utama Sebelumnya
Potensi Daerah Utama
Sekarang
Asal Responden
|
Potensi Daerah Utama Sebelumnya Potensi
Daerah Utama Sekarang
|
Total
|
||||
Hutan
|
Rumput Laut
|
Perikanan Budidaya
|
Perikanan Tangkap
|
Pariwisata
|
||
P. Pramuka
|
1
|
8
|
0
|
1
|
0
|
10
|
P. Panggang
|
1
|
6
|
1
|
0
|
0
|
8
|
P. Kelapa
|
1
|
4
|
1
|
2
|
0
|
8
|
P. Karya
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
Total
|
3
|
18
|
2
|
3
|
1
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
Dari tabel 12 diketahui bahwa rumput laut, perikanan
tangkap dan hutan merupakan potensi utama dimasa lalu, dan kenyataannya
sekarang sudah bergeser. Hal ini memperkuat argument sebelumnya bahwa memang
telah terjadi kerusakan lingkungan di sebagian besar wilayah Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu. Apalagi kemudian diperkuat dengan pendapat
responden seperti pada Tabel
13
Tabel 13. Alasan Responden Beralih dalam Mengelola
Potensi Daerah
Asal Responden
|
Alasan Beralih Mengelola Potensi Daerah
|
Total
|
||
Potensi yang ada semakin hari semakin
berkurang
|
Merusak lingkungan
|
Lainnya
|
||
P.
Pramuka
|
9
|
1
|
0
|
10
|
P.
Panggang
|
8
|
0
|
0
|
8
|
P.
Kelapa
|
7
|
1
|
0
|
8
|
P.
Karya
|
0
|
0
|
1
|
1
|
Total
|
24
|
2
|
1
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
Yang menyatakan bahwa
mereka beralih karena potensi yang ada semakin hari semakin berkurang dan usaha
yang mereka lakukan selama ini ternyata merusak lingkungan. Sudah berapa lama
mereka beralih dari potensi yang lama ke
potensi yang baru, hal ini juga dapat mengindikasikan bahwa kerusakan lingkungan yang ada sudah tidak
lagi layak dikelola karena sudah tidak menguntungkan. Kapan hal ini menjadi
fenomena yang dominan terjadi ? di berbagai lingkungan wilayah bisa saja
berbeda fenomenanya, seperti yang terlihat pada tabel 14.
Tabel 14. Lama Beralih Potensi Daerah yang Dikelola
Asal Responden
|
Lama Beralih Mengelola Potensi Daerah
|
Total
|
|||||
Kurang 1 bln
|
2-3 bln
|
1-2 thn
|
2-5 thn
|
5-10 thn
|
> 10 thn
|
||
P. Pramuka
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
8
|
10
|
P. Panggang
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
6
|
8
|
P. Kelapa
|
0
|
0
|
2
|
2
|
1
|
3
|
8
|
P. Karya
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
Total
|
1
|
1
|
2
|
5
|
1
|
17
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
Ternyata berdasarkan Tabel 14, fenomena beralihnya potensi yang dikelola
masyarakat sebagian besar sudah berusia lebih dari 10 tahun yang lalu dan hal tersebut terjadi
merata diberbagai lingkungan daerah di Kepulauan Seribu.
Namun begitu,
masyarakat masih cukup optimistis mengenai potensi baru yang dapat dikelola
dimasa depan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 15 bahwa potensin baru seperti industri
rumahtangga dan bisnis jasa yang memang sangat bervariasi macamnya, menjadi
pilihan responden dalam pengelolaan potensi daerah yang akan datang.
Melihat antusiasnya masyarakat untuk mengembangkan potensi lain di Kepulauan
Seribu dimasa datang, maka Pemda perlu melakukan pembinaan kepada mereka, agar
dapat mengembangkan usaha baru mereka. Jika tidak, dipastikan akan banyak
pengangguran di wilayah ini.
Tabel 15. Potensi Daerah yang masih mungkin
dikembangkan ke depan
Asal Responden
|
Potensi Daerah Baru
|
Total
|
|||
Perikanan Budidaya
|
Pariwisata
|
Industri rumahtangga*
|
Bisnis Jasa**
|
||
P. Pramuka
|
1
|
1
|
4
|
4
|
10
|
P. Panggang
|
0
|
0
|
5
|
3
|
8
|
P. Kelapa
|
2
|
1
|
3
|
2
|
8
|
P. Karya
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
Total
|
4
|
2
|
12
|
9
|
27
|
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
*(keripik tempe, singkong dan pisang, sukun,
ikan asin, rumput laut dll)
**(travel, pengiriman barang, makelar dll)
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan hasil penelitian,
maka disimpulkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas sumberdaya alam dan
lingkungan yang signifikan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
terutama dalam satu dasawarsa ini.
Menurunnya kualitas sumberdaya alam dan lingkungan ini dirasakan oleh sebagian
besar masyarakat, sehingga mereka beralih pengelolaan terhadap potensi yang di
Kep. Seribu, karena potensi yang lama semakin lama semakin berkurang
kualitasnya dan berdampak pada semakin rendahnya produktivitas. Oleh karena sebagian besar wilayah Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu merupakan juga Taman Nasional Laut Kepulauan
Seribu, maka patut diduga kuat telah terjadi kerusakan lingkungan pada Taman
Nasional Laut Kepulauan Seribu. Melihat arah kebijakan pembangunan yang ada selama ini dan
indikator kinerja utama Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu sudah cukup
sesuai dengan hasil penelitian ini, tetapi kenyataan di lapangan aparat Pemerintah Daerah belum mampu mengantisipasi
berbagai kerusakan lingkungan dan sumberdaya yang terus berlangsung sampai saat ini,
padahal proses menurunnya (degradasi) kualitas sumberdaya dan lingkungan sudah
berlangsung cukup lama. Jadi,
hambatan utama bagi Pemda Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu bukan
terletak pada pengembangan disain pengembangan pembangunan dan kebijakannya,
tetapi pada implementasi dari kebijakan yang dicanangkan/untuk dikembangkan
masih jauh dari memuaskan. Artinya, tingkat pencapain pelaksanaan program
kebijakan pembangunan masih cenderung rendah. Diharapkan,
pengembangan industri wisata dan sektor-sektor pendukungnya yang menjadi sektor
andalan di wilayah ini dimasa yang akan datang, tidak semakin memperparah
kerusakan lingkungan yang ada saat ini yang secara linier akan berdampak
menurunnya kesejahteraan masyarakat kepupalauan seribu.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti
menyarankan, untuk memperbaiki kinerja pembangunan daerah dan meminimalkan laju
kerusakan sumberdaya alan dan lingkungan yang ada, maka perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
- Harus melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) dalam proses
pembangunan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi setiap kegiatan secara lebih nyata.
- Oleh karena karakteristik lingkungan
Kepulauan Seribu yang sensitive terhadap kegiatan pembangunan (apalagi
pariwisata akan menjadi sektor andalan), maka peranan masyarakat perlu
lebih ditingkatkan wewenangnya dalam mengontrol pelaksanaan kegiatan
pembangunan.
- Untuk mengurangi konflik-konflik
kepentingan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, seperti pariwisata dan
lingkungan; maka pemberdayaan masyarakat harus menjadi prioritas
utama Pemerintah
Daerah. Karena sumberdaya yang dimiliki Pemda
(aparat pemda) tidak akan cukup untuk mengontrol wilayah
yang begitu luas dan selain itu juga akan memerlukan biaya yang tidak kecil untuk
mengelolanya. Penegakan aturan dan sanksi bagi yang melanggar harus
menjadi kekuatan utama dalam mengawal proses pembangunan di wilayah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
N.M.R, K.K Viswanathan, and R.S Pomeroy. 1998. ‘Transaction costs and fisheries co-management’. Marine Resource
Economic 13 (2):103 – 114.
Anonimus. 2010. Laporan Penyelengaraan Pemerintahan Daerah
Kab. Adm. Kep. Seribu
Anonimous. 2010. KEPULAUAN SERIBU DALAM ANGKA
2010. BPS Kab. Adm. Kep. Seribu.
Anonimous. 2010. RTRW DKI Jakarta 2010-2030
Ariadi
Noor. 2003. Analisis Kebijakan Pengembangan
Marikultur di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta. Tesis S-2 PKSPL IPB Bogor
Bengen, Dietriech G, 2004. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta perinsip Pengelolaannya. Penerbit: Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan LautanIPB, Bogor.
Berkes, F.
1989. Common property resources : ecology
and communitybased sustainable development. London ; New York: Belhaven
Press.
Dahuri, Rokhmin. 1996. Penerapan Konsep
Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Lautan.
DIREKTUR
JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH, 2003. PENGEMBANGAN WILAYAH DAN PENATAAN RUANG DI
INDONESIA : TINJAUAN TEORITIS DAN PRAKTIS. Makalah
ini disajikan dalam Studium General Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) di Yogyakarta, 1 September
2003
Iskandar, Rudi. 1996. Determinan dan Distribusi Pendapatan Nelayan
Di Dua Kelurahan Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Tesis S-2 Program Studi Geografi
Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
------------------, 1997. Kaitan antara Persepsi Penduduk tentang
Lingkungan Hidup dengan Responnya terhadap Pembangunan Di Kepulauan Seribu.
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jakarta.
Krom, M.D. 1986. An Evaluation of Concept of
Assimilative Capacity as Applied to Marine Waters. Ambio, XV(4): 208-214.
Napitupulu, D.L, S.N Chodidjah dan A.C
Nugroho, 2005. Socio-Economic Assesment:
In The User of Reef Resources by Local
Community and Other Direct Stakeholders. A Report TERANGI. Jakarta. 140
halaman
Parnwell, Michael J.G & Raymond L. Bryant
(Ed).1996. Environmental Change in Saouth
East Asia. People, Politics &
Sustainable Development. London & New York:Routledge
WCED. 1987. Our Common Future. Oxford Univ.
Press. New York
Wijayanti, P. 2008. Laporan
analisa ekonomi dan kebijakan pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat lokal di
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Yayasan Terumbu Karang Indonesia,
Siry, Hendra Yusran, 2009. Pengelolaan Pesisir Berbasis Masyarakat dalam Kerangka
Penataan Ruang, Artikel di muat di Buletin Tata Ruang Edisi September – Oktober 2009.
Kategori Topik Utama. ISSN: 1978-1571
Undang-Undang No 27/2007 Tentang Penataan Ruang
Tidak ada komentar :
Posting Komentar