INDIKATOR
INTERAKSI LINGKUNGAN HIDUP
DAN PENDUDUK
Di Kabupaten Bogor Jawa Barat
Oleh:
Dr. Rudi Iskandar, M.Si
Jurusan Geografi Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Kabupaten Bogor sebagai
wilayah penyangga adalah halaman belakang yang
penting bagi DKI Jakarta. Wilayah ini memerlukan kualitas lingkungan hidup dan kependudukan yang agar menjadi fungsi penyangga yang optimal. Penelitian ini berusaha menemukan indikator interaksi antara lingkungan hidup dan kependudukan di Kabupaten
Bogor.
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kabupaten Bogor dengan unit analisis
kecamatan, dari bulan Juni hingga
Desember 2013. Ada 40 kecamatan yang dijadikan sampel data yang selanjutnya
dijadikan dasar analisis. Penentuan variabel penelitian berdasarrkan kerangka teoritis aspek
Lingkungan Hidup dan kependudukan.
Metode
dan Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
meliputi: mean, median, mode, frekuensi, crosstabulation, dan analisis faktor
yang menggunakan bantuan software SPP versi 22.
Penelitian
ini menemukan bahwa (1) Kondisi Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor mengalami penurunan dengan indikator perubahan fungsi lahan dari pertanian ke
non-pertanian. Perubahan menjadi
non-pertanian khususnya permukiman dan lahan terbangun lainya, terjadi di
sekitar perbatasan Kabupaten Bogor dengan Kota Depok, Kota Bogor, Kota
Tangerang Selatan dan DKI Jakarta. (2) Kondisi Lingkungan Hidup sebagian besar
wilayah Kabupaten Bogor merupakan wilayah dengan indeks kekeringan (sangat
kering hingga kering) dengan luasan hampir mencapai 95 persen dari seluruh luas
wilayah Kabupaten Bogor. Hal ini menunjukkan Kabupaten Bogor bukanlah wilayah
yang potensial untuk kegiatan pertanian sawah irigasi, tetapi lebih potensial
untuk perkebunan, tegalan, hutan, semak, rumput atau jenis komoditi taman lahan
kering lainnya. (3) Kondisi kependudukan di wilayah Kabupaten Bogor ditentukan
sebagian oleh sumberdaya yang dimiliki
oleh petani, kualitas penduduk (pendidikan) dan akses rumahtangga dalam
menggunakan PLN serta kepadatan agraris. (4) Rumahtangga petani terbukti
mengalami peningkatan sejahtera dengan indikatornya adalah maju dalam
pendidikan dan lebih sejahtera (indikator penggunaan PLN), dan secara
signifikan dapat mengurangi kerusakan lingkungan (melalui indikator jumlah bangunan kumuh). (5) Ada kaitan yang
erat antara indikator lingkungan hidup yakni; luas lahan sawah irigasi dan
semakin berkurangnya jumlah bangunan kumuh dengan indikator kependudukan
(kepadatan agraris). Artinya semakin luas lahan sawah irigasi, maka semakin
baik penguasaan lahan pertanian, hal ini dapat digambarkan melalui kepadatan agraris. Selanjutnya
kepadatan agraris yang lebih baik (pengasaan lahan yang lebih luas) dapat
mengurangi kerusakan lingkungan (jumlah bangun kumuh) di wilayah Kabupaten
Bogor. (6) Di Bagian Barat wilayah Kabupaten Bogor, telah terjadi penurunan
aktivitas pertanian dengan indikator semakin berkurangnya rumahtangga
pertanian. Hal ini menujukkan semakin berkurangnya lahan (pertanian) yang
sebelumnya dikelola rumahtangga pertanian menjadi non pertanian atau setidaknya
lahan yang sementara tidak diusahakan(7) Terdapat 12 Kecamatan di Kabupaten
Bogor yang mempunyai angka IPM di atas capaian Kabupaten Bogor (72,72) yaitu:
Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Kemang, Kecamatan
Sukaraja, Kecamatan Tajur Halang, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Citeureup,
Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Gunung Sindur, Kecamatan Bojonggede
dan Kecamatan Ciampea. Sedangkan lima Kecamatan peringkat bawah adalah
Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Cariu, Kecamatan
Sukamakmur dan Kecamatan Nanggung.
Keywords: Lingkungan Hidup Alamiah, Kependudukan, Indeks Pembangunan Manusia, Kabupaten Bogor.
Presentasi Oral
Tidak ada komentar :
Posting Komentar