Rabu, 01 Oktober 2014

INDIKATOR INTERAKSI LINGKUNGAN HIDUP DAN PENDUDUK Di Kabupaten Bogor Jawa Barat

INDIKATOR  INTERAKSI  LINGKUNGAN  HIDUP
DAN PENDUDUK
Di Kabupaten Bogor Jawa Barat
Oleh:
Dr. Rudi Iskandar, M.Si
Jurusan Geografi Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK

Kabupaten Bogor sebagai wilayah penyangga adalah halaman belakang yang penting bagi DKI Jakarta. Wilayah ini memerlukan kualitas  lingkungan hidup dan kependudukan yang agar menjadi fungsi penyangga yang optimal. Penelitian ini berusaha menemukan indikator interaksi antara  lingkungan hidup dan kependudukan di Kabupaten Bogor.  Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kabupaten Bogor dengan unit analisis kecamatan, dari bulan Juni hingga Desember 2013. Ada 40 kecamatan yang dijadikan sampel data yang selanjutnya dijadikan dasar analisis. Penentuan variabel penelitian  berdasarrkan kerangka teoritis aspek Lingkungan Hidup dan kependudukan.
Metode dan Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif meliputi: mean, median, mode, frekuensi, crosstabulation, dan analisis faktor yang menggunakan bantuan software SPP versi 22.
Penelitian ini menemukan bahwa (1) Kondisi Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor  mengalami penurunan dengan indikator  perubahan fungsi lahan dari pertanian ke non-pertanian.  Perubahan menjadi non-pertanian khususnya permukiman dan lahan terbangun lainya, terjadi di sekitar perbatasan Kabupaten Bogor dengan Kota Depok, Kota Bogor, Kota Tangerang Selatan dan DKI Jakarta. (2) Kondisi Lingkungan Hidup sebagian besar wilayah Kabupaten Bogor merupakan wilayah dengan indeks kekeringan (sangat kering hingga kering) dengan luasan hampir mencapai 95 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Bogor. Hal ini menunjukkan Kabupaten Bogor bukanlah wilayah yang potensial untuk kegiatan pertanian sawah irigasi, tetapi lebih potensial untuk perkebunan, tegalan, hutan, semak, rumput atau jenis komoditi taman lahan kering lainnya. (3) Kondisi kependudukan di wilayah Kabupaten Bogor ditentukan sebagian  oleh sumberdaya yang dimiliki oleh petani, kualitas penduduk (pendidikan) dan akses rumahtangga dalam menggunakan PLN serta kepadatan agraris. (4) Rumahtangga petani terbukti mengalami peningkatan sejahtera dengan indikatornya adalah maju dalam pendidikan dan lebih sejahtera (indikator penggunaan PLN), dan secara signifikan dapat mengurangi kerusakan lingkungan (melalui indikator  jumlah bangunan kumuh). (5) Ada kaitan yang erat antara indikator lingkungan hidup yakni; luas lahan sawah irigasi dan semakin berkurangnya jumlah bangunan kumuh dengan indikator kependudukan (kepadatan agraris). Artinya semakin luas lahan sawah irigasi, maka semakin baik penguasaan lahan pertanian, hal ini dapat digambarkan  melalui kepadatan agraris. Selanjutnya kepadatan agraris yang lebih baik (pengasaan lahan yang lebih luas) dapat mengurangi kerusakan lingkungan (jumlah bangun kumuh) di wilayah Kabupaten Bogor. (6) Di Bagian Barat wilayah Kabupaten Bogor, telah terjadi penurunan aktivitas pertanian dengan indikator semakin berkurangnya rumahtangga pertanian. Hal ini menujukkan semakin berkurangnya lahan (pertanian) yang sebelumnya dikelola rumahtangga pertanian menjadi non pertanian atau setidaknya lahan yang sementara tidak diusahakan(7) Terdapat 12 Kecamatan di Kabupaten Bogor yang mempunyai angka IPM di atas capaian Kabupaten Bogor (72,72) yaitu: Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Kemang, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Tajur Halang, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Gunung Sindur, Kecamatan Bojonggede dan Kecamatan Ciampea. Sedangkan lima Kecamatan peringkat bawah adalah Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Cariu, Kecamatan Sukamakmur dan Kecamatan Nanggung.
Keywords: Lingkungan Hidup Alamiah, Kependudukan, Indeks Pembangunan Manusia, Kabupaten Bogor.
Presentasi Oral


Tidak ada komentar :

Posting Komentar