Rabu, 01 Oktober 2014

INDIKATOR INTERAKSI LINGKUNGAN HIDUP DAN PENDUDUK Di Kabupaten Bogor Jawa Barat

INDIKATOR  INTERAKSI  LINGKUNGAN  HIDUP
DAN PENDUDUK
Di Kabupaten Bogor Jawa Barat
Oleh:
Dr. Rudi Iskandar, M.Si
Jurusan Geografi Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK

Kabupaten Bogor sebagai wilayah penyangga adalah halaman belakang yang penting bagi DKI Jakarta. Wilayah ini memerlukan kualitas  lingkungan hidup dan kependudukan yang agar menjadi fungsi penyangga yang optimal. Penelitian ini berusaha menemukan indikator interaksi antara  lingkungan hidup dan kependudukan di Kabupaten Bogor.  Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kabupaten Bogor dengan unit analisis kecamatan, dari bulan Juni hingga Desember 2013. Ada 40 kecamatan yang dijadikan sampel data yang selanjutnya dijadikan dasar analisis. Penentuan variabel penelitian  berdasarrkan kerangka teoritis aspek Lingkungan Hidup dan kependudukan.
Metode dan Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif meliputi: mean, median, mode, frekuensi, crosstabulation, dan analisis faktor yang menggunakan bantuan software SPP versi 22.
Penelitian ini menemukan bahwa (1) Kondisi Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor  mengalami penurunan dengan indikator  perubahan fungsi lahan dari pertanian ke non-pertanian.  Perubahan menjadi non-pertanian khususnya permukiman dan lahan terbangun lainya, terjadi di sekitar perbatasan Kabupaten Bogor dengan Kota Depok, Kota Bogor, Kota Tangerang Selatan dan DKI Jakarta. (2) Kondisi Lingkungan Hidup sebagian besar wilayah Kabupaten Bogor merupakan wilayah dengan indeks kekeringan (sangat kering hingga kering) dengan luasan hampir mencapai 95 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Bogor. Hal ini menunjukkan Kabupaten Bogor bukanlah wilayah yang potensial untuk kegiatan pertanian sawah irigasi, tetapi lebih potensial untuk perkebunan, tegalan, hutan, semak, rumput atau jenis komoditi taman lahan kering lainnya. (3) Kondisi kependudukan di wilayah Kabupaten Bogor ditentukan sebagian  oleh sumberdaya yang dimiliki oleh petani, kualitas penduduk (pendidikan) dan akses rumahtangga dalam menggunakan PLN serta kepadatan agraris. (4) Rumahtangga petani terbukti mengalami peningkatan sejahtera dengan indikatornya adalah maju dalam pendidikan dan lebih sejahtera (indikator penggunaan PLN), dan secara signifikan dapat mengurangi kerusakan lingkungan (melalui indikator  jumlah bangunan kumuh). (5) Ada kaitan yang erat antara indikator lingkungan hidup yakni; luas lahan sawah irigasi dan semakin berkurangnya jumlah bangunan kumuh dengan indikator kependudukan (kepadatan agraris). Artinya semakin luas lahan sawah irigasi, maka semakin baik penguasaan lahan pertanian, hal ini dapat digambarkan  melalui kepadatan agraris. Selanjutnya kepadatan agraris yang lebih baik (pengasaan lahan yang lebih luas) dapat mengurangi kerusakan lingkungan (jumlah bangun kumuh) di wilayah Kabupaten Bogor. (6) Di Bagian Barat wilayah Kabupaten Bogor, telah terjadi penurunan aktivitas pertanian dengan indikator semakin berkurangnya rumahtangga pertanian. Hal ini menujukkan semakin berkurangnya lahan (pertanian) yang sebelumnya dikelola rumahtangga pertanian menjadi non pertanian atau setidaknya lahan yang sementara tidak diusahakan(7) Terdapat 12 Kecamatan di Kabupaten Bogor yang mempunyai angka IPM di atas capaian Kabupaten Bogor (72,72) yaitu: Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Kemang, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Tajur Halang, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Gunung Sindur, Kecamatan Bojonggede dan Kecamatan Ciampea. Sedangkan lima Kecamatan peringkat bawah adalah Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Cariu, Kecamatan Sukamakmur dan Kecamatan Nanggung.
Keywords: Lingkungan Hidup Alamiah, Kependudukan, Indeks Pembangunan Manusia, Kabupaten Bogor.
Presentasi Oral


Studi Kebijakan Pembangunan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Studi  Kebijakan Pembangunan  Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Oleh:
Dr. Rudi Iskandar, M.Si
Dosen Jurusan Geografi FIS Univ. Negeri Jakarta
Anggota Pengurus Pusat Ikatan Geografiwan Indonesia
email: rudiiskandar@hotmail.com

Abstract

Rudi Iskandar. 2011.  Study Of The Development Policy at The district of Administration ‘Kepulauan Seribu’, Jakarta. Department Of Geography Faculty Of Social Sciences Of The State University Of Jakarta. 
This research aims to compile the design development of the district of administration of ‘Kepulauan Seribu’, with emphasis to know: (a) the basics of development planning, management of natural resources and the environment on the district of Administration of the thousand islands (b). The direction and policies of district of administration ‘Kepulauan Seribu’ building in the field of socio-economic, environmental, tourism and other sektor which allows to develop.
The methods used in this research is Descriptive Qualitative (especially on a review of secondary data or literature) Quantitative and descriptive (especially survey of empirical research). Survey of empirical research is the result of a survey that has been done, then given an explanation in detail. Survey instrument contained questions that highlight the area's potential in the area of research and the opportunities for its development. The Survey was done to the population who considered local figures such as RW, Chair of the religious leaders, youth leaders, professionals (fishermen, merchants, doctors, teachers etc.). Survey of empirical research in the analysis techniques are cross-tabulated the frequency, which is very useful in digging the subject information from respondents.
The population in this research is a member of the community that some people opinion considered notable, either as informal leaders in the public and formal character. Therefore be purposive, then the sample is selected that has lights in the Community criteria. To see the lights in the community and the quality, then the researcher using another way of measuring the ability of respondents in accessing information that is present (for example: reading the newspaper, tabloid, magazine, heard the radio and hear and see the television show). It aims to refine the quality of the cast, which was seen by some people. The sample in this study came from four villages namely Kelurahan Pramuka, Kelurahan P. Panggang, Kelurahan P. Karya, Kelurahan P. Kelapa. In the location sets them down as the sample response, because the region is considered to represent the nature of the population and the characteristics of the area of the administration of “Kepulauan Seribu”
The results showed that local governance Administration of “Kepulauan Seribu”, direction of development policy and the main performance indicators in the management of natural resources and the environment is sufficient according to the research findings in the field. The study found, there has been a decline in the quality of the environment and natural resources of significant Administrative District thousand islands, especially this decade.  Economic development sector, has designed a special area setup as the anticipation to spur economic growth primarily through the tourism sector.
The study also found that the main issue for local government is not on the design development of the region, because the direction of the policy that is created is sufficient according to the development needs of the region. But, the policy has not been able to implement the planned field for good. This is evidenced by the findings of this study, where the natural resources and environmental damage has been sustained during this decade. That is, the development process for this in the thousand islands have not managed to reduce damage to the environment and natural resources, which are the main potential of this region.

Keyword: Development Policy, management of natural resources and the environment


ABSTRAK

Rudi Iskandar.2011.  Studi  Kebijakan Pembangunan  Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk memuat/menyusun disain pengembangan kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta, dengan menekankan untuk mengetahui: (a). Dasar-dasar perencanaan pembangunan,  pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan Di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (b). Arah dan Kebijakan pembangunan Kabupaten Kepulauan Seribu dibidang sosial-ekonomi, lingkungan hidup, sektor pariwisata dan bidang-bidang lain yang memungkinkan untuk dikembangkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif ( terutama pada telaah data sekunder atau literatur) dan Deskriptif Kuantitatif (terutama survey eksplanasi). Survey Eksplanasi adalah survey yang telah dilakukan, kemudian diberi penjelasan secara detil. Instrumen survey berisi pertanyaan yang menekankan pada potensi daerah di wilayah penelitian dan peluang untuk pengembangannya. Survey dilakukan kepada penduduk yang dianggap  tokoh setempat seperti ketua RW, pemuka agama, tokoh pemuda, kalangan profesional (nelayan, pedagang, dokter, guru dll). Teknik analisa dalam survey eksplanasi adalah frekuensi, tabulasi silang yang mana sangat bermanfaat dalam menggali informasi pokok dari responden.
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota masyarakat yang menurut pendapat sebagian orang dianggap tokoh, baik sebagai tokoh informal di masyarakat maupun tokoh formal. Oleh karena bersifat purposive, maka sampel yang dipilih adalah yang memiliki kriteria ketokohan di masyarakat. Untuk melihat ketokohan di masyarakat dan kualitasnya, maka peneliti menggunakan cara lain untuk mengukur kemampuan responden dalam mengakses informasi yang kekinian (misal: membaca koran, tabloid, majalah, mendengar radio dan mendengar dan melihat acara televisi). Hal ini bertujuan untuk menyaring kualitas ke-tokoh-an yang dianggap  oleh sebagian masyarakat. Sampel di dalam penelitian ini  berasal dari empat kelurahan yakni Kelurahan Pramuka, Kelurahan P. Panggang, Kelurahan P. Karya, Kelurahan P. Kelapa. Di tetapkannya lokasi tersebut sebagai sampel respon, karena wilayah tersebut dianggap mewakili sifat populasi dan karakteristik wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintahan Daerah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Arah Kebijakan Pembangunan dan indikator kinerja utama dalam  pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sudah cukup sesuai dengan temuan penelitian di lapang. Penelitian ini menemukan, telah terjadi penurunan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan yang signifikan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,  terutama dalam satu dasawarsa ini.  Arah kebijakan pembangunan sudah mengantisipasi temuan penelitian ini (memasukkannya ke dalam program kebijakan pembangunan). Sektor pengembangan ekonomi, sudah dirancang penataan kawasan khusus sebagai antisipasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi terutama melalui sektor pariwisata.
            Penelitian ini juga menemukan bahwa persoalan utama bagi Pemerintah Daerah adalah bukan pada rancangan pengembangan  wilayah yang buruk, karena arah kebijakan yang dibuat sudah cukup sesuai dengan kebutuhan pembangunan wilayah ini. Tapi,  kebijakan yang sudah direncanakan belum mampu diimplementasi dilapangan secara baik. Hal ini dibuktikan melalui temuan penelitian ini, dimana kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan telah berlangsung terus-menerus selama dekade ini. Artinya, proses pembangunan selama ini di Kepulauan Seribu belum berhasil mengurangi kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam, yang merupakan potensi utama wilayah ini.

Kata Kunci: Kebijakan Pembangunan, Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan


PENDAHULUAN

Wilayah Kepulauan Seribu  merupakan satu-satunya wilayah dengan status kabupaten Administrasi yang berada di  DKI Jakarta, dengan bentuk wilayah yang sangat berbeda dengan daerah Daratan Jakarta lainnya.  Sebagian besar penduduknya adalah nelayan, dengan pola permukiman yang terpencar menurut letak pulau-pulau tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iskandar (1995), menemukan bahwa sumbangan terbesar pendapatan total rumahtangga di kepulauan Seribu adalah usaha dari sektor nelayan. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa distribusi pendapatan  rumahtangga  (dengan menggunakan dua tolok ukur yakni bank dunia  dan indeks Gini) bervariasi, dimana di Pulau Panggang diperoleh indeks Gini sebesar 0,5732 dan di Pulau Untung Jawa diperoleh indeks Gini sebesar 0,3648. Cukup tingginya angka indeks Gini menunjukkan bahwa adanya ketidak merataan pendapatan rumahtangganya nelayan. Hal ini juga menunjukkan adanya ketimpangan kesejahteraan di wilayah ini.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Iskandar (1997), menemukan bahwa di wilayah yang berpenduduk lebih padat (seperti Pulau Panggang), kaitan persepsi penduduk terhadap lingkungan dan responnya terhadap pembangunan lebih jelek dibandingkan dengan wilayah yang berpenduduk lebih renggang (seperti Pulau Tidung). Hal ini menunjukkan jika seseorang memiliki persepsi yang baik tentang lingkungan dimana seseorang itu tinggal, maka tanggapannya terhadap pembangunan di wilayah itu semakin baik. Dengan demikian, Salah satu yang membentuk persepsi tentang lingkungan adalah kepadatan penduduk di suatu wilayah.
Dua penelitian di atas menunjukkan bahwa kesejahteraan penduduk dan kondisi lingkungan wilayah (yang dapat ditunjukkan dengan indikator kepadatan penduduk) di wilayah kepulauan seribu merupakan faktor yang penting dalam kemajuan dan keberlangsungan pembangunan di wilayah ini.
            Perubahan Kabupaten Kepulauan Seribu yang relatif  baru mendapatkan status administrasinya, karena adanya pemekaran wilayah di propinsi DKI Jakarta; dimaksudkan untuk lebih mengakomodasikan berbagai kepentingan pembangunan secara keseluruhan di wilayah ini. Beberapa kepentingan pembangunan yang perlu mendapat perhatian dalam upaya pembangunan Kabupaten Kepulauan Seribu adalah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah yang masih relatif kecil dari wilayah ini, mengembangkan sektor industri pariwisata kelautan dan sektor lain yang terkait, serta pengembangan sumberdaya manusia (penduduk lokal). Persoalannya adalah potensi apa yang perlu dikembangkan sehingga pembangunan Kabupaten Kepulauan Seribu menjadi optimal ? Sebagai contoh adakah potensi wisata yang dapat dikembangkan yang selama ini masih belum tersentuh ? Bagaimanakah mengembangkan Visi pendidikan yang relevan dengan kondisi wilayah Kepulauan Seribu ?
            Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, perlunya kiranya suatu Desain Pengembangan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, yaitu suatu rencana yang sifatnya menyeluruh dan strategik sebagai kerangka landasan yang kokoh bagi pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan Kabupaten Kepulauan Seribu.

Perumusan Masalah
Tekanan dan ancaman terhadap lingkungan akibat proses pembangunan di Kepulauan Seribu pada saat ini masih berlangsung dan meningkat terus intensitasnya. Tekanan tersebut datang baik dari daratan Jakarta maupun wilayah Kepulauan Seribu sendiri. Salah satunya adalah pencemaran yang terjadi di Pulau-pulau yang dekat dengan teluk Jakarta, memiliki kecerahan dan salinitas yang rendah yang dipengaruhi oleh 13 sungai yang mengalirkan airnya ke Teluk Jakarta (Suharsono, 2005). Sebanyak 65% - 92% nelayan dari 5 kelurahan (Pulau Panggang, Pulau Kelapa, Pulau Pari, Pulau Harapan, dan Pulau Untung Jawa) menyatakan bahwa hasil tangkapan menurun (Napitupulu dkk., 2005).
Meningkatnya kegiatan wisata di Kepulauan Seribu menyebabkan beberapa masalah yang terjadi seperti sampah yang banyak dan belum semua terkelola (Wijayanti, 2008), perilaku masyarakat di Kepulauan Seribu yang terlihat mulai terpengaruh oleh budaya yang dibawa oleh wisatawan, serta semakin maraknya pembangunan penginapan. Atas dasar masalah tersebut, maka ditumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di Kabupaten Kepulauan Seribu yang optimal ?
2.  Bagimanakah Arah dan Kebijakan pembangunan Kabupaten Kepulauan Seribu di bidang sosial-ekonomi, lingkungan hidup,  sektor pariwisata dan bidang-bidang lain ?

METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan Penelitian
Tujuan Studi penyusunan desain Pengembangan Kabupaten Kepulauan Seribu ini  adalah untuk mengetahui:
a. Dasar-dasar perencanaan pembangunan,  pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan Di Kabupaten Kepulauan Seribu
b. Arah dan Kebijakan pembangunan Kabupaten Kepulauan Seribu dibidang sosial-ekonomi, lingkungan hidup, pendidikan, sektor pariwisata dan bidang-bidang lain yang memungkinkan untuk dikembangkan yang bisa diketahui setelah dilakukan penelitian yang mendalam.
Untuk mencapai tujuan studi seperti disebutkan di atas, sasaran studi terutama diarahkan pada:
(1).      Penelahaan potensi Fisik wilayah dan keadaan sosial ekonomi kabupaten Kepulauan Seribu.
(2).       Penelahaan penggunaan lahan sebelumnya dan saat ini.
(3).       Penelahaan rencana pengembangan wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu serta wilayah sekitarnya
(4).       Penelahaan terhadap  permasalahan serta hambatan  bagi pembangunan dan pengelolaan Kabupaten Kepulauan Seribu.

Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian berada di Gugus Kepulauan Seribu Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Waktu penelitian berlangsung dari bulan Juni s/d Desember  2011 selama kurang lebih 4 bulan.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah survey eksplanasi, artinya hasil survey yang dilakukan, kemudian diberi penjelasan. Survey dilakukan kepada penduduk yang dianggap  tokoh setempat seperti ketua RW, pemuka agama, tokoh pemuda, kalangan profesional (nelayan, pedagang, dokter, guru dll). Di dalam penelitian ini, menjaring informasi pokok dari responden (data) primer maupun informasi lainnya dalam bentuk data yang sudah tersedia data sekunder).

Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian anggota masyarakat yang menurut pendapat sebagian orang dianggap tokoh, baik sebagai tokoh informal di masyarakat maupun tokoh formal. Oleh karena bersifat purposive, maka sampel yang dipilih adalah yang memiliki kriteria ketokohan di masyarakat. Untuk melihat ketokohan di masyarakat dan kualitasnya, maka peneliti menggunakan cara lain untuk mengukur kemampuan responden dalam mengakses informasi yang kekinian (misal: membaca koran, tabloid, majalah, mendengar radio dan mendengar dan melihat acara televisi). Hal ini bertujuan untuk menyaring kualitas ke-tokoh-an yang dianggap  oleh sebagian masyarakat. Sampel di dalam penelitian ini  berasal dari empat kelurahan yakni Kelurahan Pramuka, Kelurahan P. Panggang, Kelurahan P. Karya, Kelurahan P. Kelapa. Di tetapkannya lokasi ersebut sebagai sampel respon, karena wilayah tersebut dianggap mewakili sifat populasi dan karakteristik wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

Teknik Pengumpulan Data
Ada dua macam data yang dikumpulkan, yaitu data sekunder dan primer. Untuk data sekunder peneliti melakukannya sejak bulan Juni 2011. Adapan data sekunder yang digunakan meliputi Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas atau Instansi terkait serta dari pustaka yang relevan dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari lembaga-lembaga/Instansi yang terkait yaitu Departemen Kelautan dan Perikanan, Kantor Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, Kantor Bappeda Propinsi DKI Jakarta, Bapedalda DKI Jakarta dan Dinas Pariwisata DKI Jakarta. Sedangkan lembaga di tingkat Kabupaten adalah Kantor Bupati Kepulauan Seribu serta jajaran dibawahnya antara lain Subdin  Perikanan dan Kelautan, Subdin  Pariwisata,  Bappekab Kepulauan Seribu, Camat Kepulauan Seribu Utara dan Selatan, Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa, Kelurahan Pulau Tidung, dan Kantor Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu di Pulau Pramuka, RTRW Kabupapaten Adminstrasi Kepuluan Seribu dan sekitarnya, data Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan data-data lain yang menunjang. Sementara data primer diperoleh antara bulan Agustus s/d September 2011. Di dalam pengambilan data primer, petugas lapangan yang sebelumnya diarahkan oleh peneliti, melakukan penyebaran instrumen berupa angket. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dengan berpedoman pada kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pengumpulan data primer dilakukan berdasarkan wawancara langsung dengan para Tokoh Masyarakat (formal dan informal) dan Swasta/LSM. Angket yang disebar menggali pendapat respon tentang potensi Kabupaten Kepulauan Seribu, perkembangan pembangunan selama ini dan pendapat responden tetang kemungkinan perkembangannya ke depan.

Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan analisa kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan terutama terhadap rencana pembangunan yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu melalui Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) tahun 2010. Di dalam analisa kualitatif ini peneliti melihat sejauh mana implementasi Visi, Misi dan Strategi dan Arah Kebijakan Daerah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, terutama pada data sekunder. Selain itu juga Bagaimana menentukan sasaran dan indikator apa yang digunakan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Sementara dalam analisa kuantitatif, peneliti menggunakan teknik statistika yang sederhana seperti frekuensi dan tabulasi silang untuk menganalisa informasi yang diperoleh dari respon (data primer). Digunakannya teknik analisis ini, karena peneliti ingin menyajikan informasi yang sederhana dan mudah dicerna. Selain itu, informasi yang diperoleh dari responden adalah informasi yang cukup mendasar bagi pembangunan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden
Responden yang dipilih secara Purposive dalam penelitian ini adalah para tokoh, yang dianggap dapat mewakili masyarakat dalam menyerap aspirasi mereka. Namun demikian, ketokohan tersebut perlu juga didukung oleh berbagai hal, seperti: (a) tingkat pendidikan dan, (b) akses terhadap informasi. Berdasarkan tingkat pendidikan responden, maka  dapat dilihat sebagai berikut: lebih 80 % responden adalah berpendidikan SMA ke atas, lebih dari 50 % merupakan pendidikan akademi ke atas. Berdasarkan kemampuan responden mengakses informasi, maka dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1. Responden yang Menonton TV dlm 3 bln Terakhir

Menonton TV dlm 3 bln terakhir
Asal Reponden
Total
P. Pramuka
P. Panggang
P. Kelapa
P. Karya
ya
Total
10
8
8
1
27
10
8
8
1
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011

            Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa seluruh responden menonton TV. Adapun siaran TV apa yang dilihat respon adalah sebagai berikut

Tabel 2. TV Nasional yg sering ditonton responden 3 bln terakhir

TV Nasional yg sering ditonton 3 bln terakhir
Asal Reponden
Total
P. Pramuka
P. Panggang
P. Kelapa
P. Karya
Indosiar
MNC/TPI
Metro
RCTI
Trans
Trans 7
TV One
TVRI
Total
2
0
2
0
4
0
0
1
0
1
1
3
0
1
5
0
2
2
0
4
1
0
0
0
1
0
1
2
0
3
6
2
0
0
8
0
0
1
0
1
10
8
8
1
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011

Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa responden bervariasi dalam melihat stasiun TV yang mereka minati. Namun tidak dengan media yang lain seperti  radio, Koran, majalah dan tabloid. Tidak semua responden mengakases media tersebut, tetapi sebagian besar mengakses informasi dari berbagai media seperti surat kabar/Koran, lebih dari 75 % responden adalah membaca Koran dalam kurum 3 bulan terakhir, seperti yang terlihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Responden yang Membaca surat kabar harian 3 bln terakhir

Membaca surat kabar harian 3 bln terakhir
Alamat Reponden
Total
P. Pramuka
P. Panggang
P. Kelapa
P. Karya
ya
tidak
Total
8
5
7
1
21
2
3
1
0
6
10
8
8
1
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa responden yang dipilih, selain menurut sebagian warga merupakan tokoh, mereka juga sebagaian besar berpendidikan sekolah menengan atas (SMA) ke atas dan mengakses media informasi secara rutin. Hal ini menunjukkan bahwa responden memang layak diminta keterangannya tentang informasi di wilayah tempat tinggal mereka.

Pembahasan dan Analisa Hasil
Pendapat responden tentang pembangunan di Kabupaten Adm. Kep Seribu
Sebagian besar responden berpendapat bahwa pemanfaatan potensi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu menuju ke arah yang yang benar atau sesuai, tetapi lebih 35 % berpendapat ke arah yang salah dan tidak tahu. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa ada masalah pembangunan di wilayah tempat mereka tinggal.
Tabel 4. Pemanfaatan Potensi Daerah Kab. Adm Kep Seribu  Menuju Kearah Yang Benar

Apakah Pemanfaatan Potensi Daerah Kab. Adm Kep. Seribu  Menuju Kearah Yang Benar
Total
Ke Arah Yang Benar
Ke Arah Yang Salah
Tidak Tahu
P. Pramuka
7
2
1
10
P. Panggang
5
2
1
8
P. Kelapa
4
3
1
8
P. Karya
1
0
0
1
Total
17
7
3
27
Sumber : Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
Untuk itu, maka perlu digali permasalahan di wilayah masing-masing agar dapat dicari solusinya. Berdasarkan permasalahan yang paling sering terjadi dalam lingkungan sekitar, maka diperoleh informasi sebagai berikut:
Tabel 5. Pendapat Responden Tentang Permasalahan Yang Paling Sering  Terjadi Dalam Lingkungan Sekitar

Alamat Responden
Permasalahan Yang Paling Sering Ke-1 Terjadi Dalam Lingkungan Sekitar
Total
Koperasi
Jalan dan jembatan
Listrik
Air bersih
P. Pramuka
0
0
7
3
10
P. Panggang
1
0
7
0
8
P. Kelapa
0
1
4
3
8
P. Karya
0
0
0
1
1
Total
1
1
18
7
27
Sumber : Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
Dari Tabel 5, menunjukkan bahwa masalah utama bagi masyarakat Kepulauan Seribu adalah listrik dan air bersih. Memang kebutuhan dua hal tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan keduanya sangat vital untuk dipenuhi kebutuhannya, jika tidak maka, orang yang akan merencanakan investasinya di Kep Seribu akan berfikir ulang untuk melakukannya. Bagaimana upaya Pemerintah daerah dalam mengatasi hal tersebut ? tentu dapat kita ketahui melalui strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah. Adapun potensi utama yang menurut responden terdapat di Kabupaten Adminstrasi Kep. Seribu adalah sektor pariwisata dan budidaya ikan kerapu. Adapun potensi lainnya adalah industri rumahtangga seperti ikan asin, terumbu karang dan Pengeboran minyak.
Tabel 6. Potensi  Utama yang Dimiliki
Kab Adm Kep Seribu Saat Ini
Asal Responden
Potensi Utama Dimiliki Kab Adm Kep Seribu Saat Ini
Total
Budidaya Ikan Kerapu
Pariwisata
P. Pramuka
2
8
10
P. Panggang
1
7
8
P. Kelapa
5
3
8
P. Karya
1
0
1
Total
9
18
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011

Tabel 7. Potensi Yang Kedua Dimiliki Kab Adm Kep Seribu Yang Anda Ketahui Saat Ini

Asal Responden
Potensi  Kedua Dimiliki Kab Adm Kep Seribu Yang Anda Ketahui Saat Ini
Total
Budidaya Ikan kerapu
Pariwisata
Industri rumahtangga (ikan asin)
terumbu karang
pengeboran minyak
P. Pramuka
3
4
2
1
0
10
P. Panggang
5
0
1
1
1
8
P. Kelapa
4
4
0
0
0
8
P. Karya
0
1
0
0
0
1
Total
12
9
3
2
1
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011

Secara lebih mendalam, peneliti ingin mengetahui, apakah potensi yang mereka sebutkan itu benar-benar ada dan pernah mereka lihat. Sebagian besar responden tetap konsisten menyebutkan bahwa sektor pariwisata adalah yang dominan seperti pada Tabel 8 :

Tabel 8. Pendapat Responden Tentang Potensi Utama  Yang Pernah
Dilihat/Dengar Di Sekitar

Asal Responden
Potensi Utama  Yang Pernah Dilihat/Dengar Di Sekitar Anda
Total
Terumbu Karang
Perikanan Budidaya
Pariwisata
P. Pramuka
1
1
8
10
P. Panggang
0
0
8
8
P. Kelapa
1
4
3
8
P. Karya
0
0
1
1
Total
2
5
20
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
Dari Tabel 8, dapat diketahui bahwa responden benar-benar mengetahui secara  baik  potensi disekitarnya.  Secara lebih mendalam peneliti ingin juga mengetahui bahwa potensi tersebut bukan hanya diketahui saja, tetapi bagaimana kemungkinan untuk dikelola oleh masyarakat. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui sektor apa saja yang akan dikelola responden (berdasarkan kemampuannya saat ini) yang akan datang berdasrkan potensi yang ada.
Tabel 9. Pendapat Responden Tentang Potensi Yang Akan Dikelola

Asal Responden
Potensi Yang Akan Dikelola Responden
Total
Terumbu Karang
Hutan Mangrove
Perikanan Budidaya
Perikanan Tangkap
Pariwisata
Kerajinan ciendramata/souvenir
tidak tahu
P. Pramuka
0
1
2
1
5
0
1
10
P. Panggang
0
0
4
0
4
0
0
8
P. Kelapa
2
1
4
0
0
1
0
8
P. Karya
0
0
1
0
0
0
0
1
Total
2
2
11
1
9
1
1
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011

Dari  jawaban responden tersebut, sektor perikanan budidaya dan pariwisata adalah yang paling dominan akan mereka kelola atau yang sudah mereka kelola. Adapun potensi lain seperti terumbu karang, hutan mangrove, perikanan tangkap dan kerajinan cenderamata/souvenir juga menjadi pilihan mereka walaupun hannya sebagian kecil saja.  Hal ini menunjukkan bahwa responden menganggap pariwisata dan perikanan budidaya kerapu ada potensi nyata di wilayah mereka.
Selain potensi yang akan dikelola, tentu perlu juga diketahui potensi apa yang perlu dihindari oleh masyarakat karena berpotensi merugikan atau merusak sumberdaya alam. Menurut responden, potensi  yang akan dihindari untuk dikelola adalah:

Tabel 10. Potensi Yang Tidak Akan Dipilih  untuk Dikelola

Alamat Responden
Potensi Yang Tidak Akan Dipilih  Anda untuk dikelola
Total
Rumput Laut
Terumbu Karang
Hutan Mangrove
Perikanan Tangkap
Minyak dan Gas Bumi
Horekan*
tidak tahu
P. Pramuka
8
0
0
1
0
0
1
10
P. Panggang
4
3
0
0
1
0
0
8
P. Kelapa
4
0
3
0
0
1
0
8
P. Karya
0
0
0
1
0
0
0
1
Total
16
3
3
2
1
1
1
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
*(hotel, restoran dan rumah makan/kantin)
Dari informasi pada tabel 10 maka diketahui bahwa rumput laut adalah sektor yang paling tidak mereka pilih untuk dikelola. Hal ini tentunya cukup mengherankan, karena lingkungan terumbu karang seperti Kepulauan Seribu adalah tempat yang baik untuk budidaya rumput laut. Ketika pertengahan tahun 90-an sampai dengan tahun 2000,  peneliti juga melakukan riset di tempat yang sama, pada saat itu usaha rumput laut sedang digemari oleh masyarakat karena banyak sekali permintaan untuk komoditi tersebut, seperti untuk bahan dasar alat kecantikan maupun bahan dasar makanan. Untuk itu maka perlu diketahui secara lebih mendalam mengapa hal ini bisa terjadi, sehingga masyarakat kepulauan seribu tidak mau melanjutkan usaha ini.





Tabel 11. Alasan Responden Tidak Memilih Potensi pada Tabel 18

Alamat Responden
Alasan Tidak Memilih
Total
Potensi yang ada semakin hari semakin berkurang
Merusak lingkungan
Eksploitasi potensi daerah belum mengangkat kesejahteraan rakyat
Kualitas sumberdaya lahan yang relatif rendah
Kurangnya perhatian pemerintah
Kebijakan tidak berpihak pada rakyat
Lainnya
P. Pramuka
3
2
0
4
1
0
0
10
P. Panggang
1
1
0
4
0
2
0
8
P. Kelapa
4
0
1
0
0
0
3
8
P. Karya
0
1
0
0
0
0
0
1
Total
8
4
1
8
1
2
3
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa mengapa mereka tidak memilih usaha untuk mengembangkan seperti rumput laut dan lain-lain di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Oleh karena potensi yang tersedia selama ini semakin lama semakin berkurang terutama di P Kelapa, P. Panggang dan P. Pramuka.Tetapi ada juga yang sebagian berpendapat bahwa Eksploitasi potensi tersebut  belum mengangkat kesejahteraan rakyat dan juga karena kurangnya perhatian pemerintah dalam membantu masyarakat dalam mengembangkan usaha ini. Potensi yang tidak responden pilih untuk dikembangkan cukup bervariasi di berbagai lingkungan wilayah. Hal ini juga dapat menunjukkan  ada indikasi kerusakan lingkungan di beberapa wilayah di Kepulauan Seribu. Karena keengganan mereka untuk tidak mau mengelola potensi ini selain potensi semakin berkurang (degradasi kualitas SDA) juga berakibat pada usaha mereka yang merugi. Jadi, secara sederhana dapat ditarik benang merah, jika masyarakat sudah tidak lagi mau mengembang potensi suatu komoditi, berbanding lurus dengan menurunnya kualitas lingkungan di sekitar mereka. Responden mengakui bahwa potensi yang tidak mereka pilih sekarang, dahulu merupakan potensi utama di daerah mereka. Hal ini dapat dilihat pada tabel 12
Tabel 12. Pendapat Responden Tentang Potensi Daerah Utama Sebelumnya
Potensi Daerah Utama Sekarang

Asal Responden
Potensi Daerah Utama Sebelumnya Potensi Daerah Utama Sekarang
Total
Hutan
Rumput Laut
Perikanan Budidaya
Perikanan Tangkap
Pariwisata
P. Pramuka
1
8
0
1
0
10
P. Panggang
1
6
1
0
0
8
P. Kelapa
1
4
1
2
0
8
P. Karya
0
0
0
0
1
1
Total
3
18
2
3
1
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011

Dari tabel 12 diketahui bahwa rumput laut, perikanan tangkap dan hutan merupakan potensi utama dimasa lalu, dan kenyataannya sekarang sudah bergeser. Hal ini memperkuat argument sebelumnya bahwa memang telah terjadi kerusakan lingkungan di sebagian besar wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Apalagi kemudian diperkuat dengan pendapat responden seperti pada Tabel 13



Tabel 13. Alasan Responden Beralih dalam Mengelola Potensi Daerah

Asal Responden
Alasan Beralih Mengelola  Potensi Daerah
Total
Potensi yang ada semakin hari semakin berkurang
Merusak lingkungan
Lainnya
P. Pramuka
9
1
0
10
P. Panggang
8
0
0
8
P. Kelapa
7
1
0
8
P. Karya
0
0
1
1
Total
24
2
1
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011

Yang menyatakan bahwa mereka beralih karena potensi yang ada semakin hari semakin berkurang dan usaha yang mereka lakukan selama ini ternyata merusak lingkungan. Sudah berapa lama mereka beralih dari potensi  yang lama ke potensi yang baru, hal ini juga dapat mengindikasikan bahwa  kerusakan lingkungan yang ada sudah tidak lagi layak dikelola karena sudah tidak menguntungkan. Kapan hal ini menjadi fenomena yang dominan terjadi ? di berbagai lingkungan wilayah bisa saja berbeda fenomenanya, seperti yang terlihat pada tabel 14.

Tabel 14. Lama Beralih Potensi Daerah yang Dikelola

Asal Responden
Lama Beralih Mengelola Potensi Daerah
Total
Kurang 1 bln
2-3 bln
1-2 thn
2-5 thn
5-10 thn
> 10 thn
P. Pramuka
0
1
0
1
0
8
10
P. Panggang
0
0
0
2
0
6
8
P. Kelapa
0
0
2
2
1
3
8
P. Karya
1
0
0
0
0
0
1
Total
1
1
2
5
1
17
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011

Ternyata berdasarkan Tabel 14,  fenomena beralihnya potensi yang dikelola masyarakat sebagian besar sudah berusia lebih dari 10 tahun yang lalu dan hal tersebut terjadi merata diberbagai lingkungan daerah di Kepulauan Seribu.
Namun begitu, masyarakat masih cukup optimistis mengenai potensi baru yang dapat dikelola dimasa depan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 15 bahwa potensin baru seperti industri rumahtangga dan bisnis jasa yang memang sangat bervariasi macamnya, menjadi pilihan responden dalam pengelolaan potensi daerah yang akan datang. Melihat antusiasnya masyarakat untuk mengembangkan potensi lain di Kepulauan Seribu dimasa datang, maka Pemda perlu melakukan pembinaan kepada mereka, agar dapat mengembangkan usaha baru mereka. Jika tidak, dipastikan akan banyak pengangguran di wilayah ini.

Tabel 15. Potensi Daerah yang masih mungkin dikembangkan ke depan

Asal Responden
Potensi Daerah Baru
Total
Perikanan Budidaya
Pariwisata
Industri rumahtangga*
Bisnis Jasa**
P. Pramuka
1
1
4
4
10
P. Panggang
0
0
5
3
8
P. Kelapa
2
1
3
2
8
P. Karya
1
0
0
0
1
Total
4
2
12
9
27
Sumber: Penelitian Lapangan Agustus – September 2011
*(keripik tempe, singkong dan pisang, sukun, ikan asin, rumput laut dll)
**(travel, pengiriman barang, makelar dll)

KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan yang signifikan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terutama dalam satu dasawarsa ini. Menurunnya kualitas sumberdaya alam dan lingkungan ini dirasakan oleh sebagian besar masyarakat, sehingga mereka beralih pengelolaan terhadap potensi yang di Kep. Seribu, karena potensi yang lama semakin lama semakin berkurang kualitasnya dan berdampak pada semakin rendahnya produktivitas. Oleh karena sebagian besar wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu merupakan juga Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, maka patut diduga kuat telah terjadi kerusakan lingkungan pada Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Melihat arah kebijakan pembangunan yang ada selama ini dan indikator kinerja utama Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu sudah cukup sesuai dengan hasil penelitian ini, tetapi kenyataan di lapangan aparat Pemerintah Daerah belum mampu mengantisipasi berbagai kerusakan lingkungan dan sumberdaya yang terus berlangsung sampai saat ini, padahal proses menurunnya (degradasi) kualitas sumberdaya dan lingkungan sudah berlangsung cukup lama. Jadi, hambatan utama bagi Pemda Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu bukan terletak pada pengembangan disain pengembangan pembangunan dan kebijakannya, tetapi pada implementasi dari kebijakan yang dicanangkan/untuk dikembangkan masih jauh dari memuaskan. Artinya, tingkat pencapain pelaksanaan program kebijakan pembangunan masih cenderung rendah. Diharapkan, pengembangan industri wisata dan sektor-sektor pendukungnya yang menjadi sektor andalan di wilayah ini dimasa yang akan datang, tidak semakin memperparah kerusakan lingkungan yang ada saat ini yang secara linier akan berdampak menurunnya kesejahteraan masyarakat kepupalauan seribu.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan, untuk memperbaiki kinerja pembangunan daerah dan meminimalkan laju kerusakan sumberdaya alan dan lingkungan yang ada, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Harus melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) dalam proses pembangunan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi setiap kegiatan secara lebih nyata.
  2. Oleh karena karakteristik lingkungan Kepulauan Seribu yang sensitive terhadap kegiatan pembangunan (apalagi pariwisata akan menjadi sektor andalan), maka peranan masyarakat perlu lebih ditingkatkan wewenangnya dalam mengontrol pelaksanaan kegiatan pembangunan.
  3. Untuk mengurangi konflik-konflik kepentingan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, seperti pariwisata dan lingkungan; maka pemberdayaan masyarakat harus menjadi prioritas utama Pemerintah Daerah. Karena sumberdaya yang dimiliki Pemda (aparat pemda)  tidak akan cukup untuk mengontrol wilayah yang begitu luas dan selain itu juga akan memerlukan biaya yang tidak kecil untuk mengelolanya. Penegakan aturan dan sanksi bagi yang melanggar harus menjadi kekuatan utama dalam mengawal proses pembangunan di wilayah ini.



DAFTAR  PUSTAKA


Abdullah, N.M.R, K.K Viswanathan, and R.S Pomeroy. 1998. ‘Transaction costs and fisheries co-management’. Marine Resource Economic 13 (2):103 – 114.

Anonimus. 2010. Laporan Penyelengaraan Pemerintahan Daerah Kab. Adm. Kep. Seribu

Anonimous. 2010. KEPULAUAN SERIBU DALAM ANGKA 2010. BPS Kab. Adm. Kep. Seribu.

Anonimous. 2010. RTRW DKI Jakarta 2010-2030

Ariadi Noor. 2003.  Analisis Kebijakan Pengembangan Marikultur di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta. Tesis S-2 PKSPL IPB Bogor

Bengen, Dietriech G, 2004. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta perinsip Pengelolaannya. Penerbit: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan LautanIPB, Bogor.

Berkes, F. 1989. Common property resources : ecology and communitybased sustainable development. London ; New York: Belhaven Press.


Dahuri, Rokhmin. 1996. Penerapan Konsep Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan.

DIREKTUR JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH, 2003. PENGEMBANGAN WILAYAH DAN PENATAAN RUANG DI INDONESIA : TINJAUAN TEORITIS DAN PRAKTIS. Makalah ini disajikan dalam Studium General Sekolah Tinggi Teknologi  Nasional (STTNAS) di Yogyakarta, 1 September 2003

Iskandar, Rudi. 1996. Determinan dan Distribusi Pendapatan Nelayan Di Dua Kelurahan Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Tesis S-2 Program Studi Geografi Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

------------------, 1997. Kaitan antara Persepsi Penduduk tentang Lingkungan Hidup dengan Responnya terhadap Pembangunan Di Kepulauan Seribu. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jakarta.

Krom, M.D. 1986. An Evaluation of Concept of Assimilative Capacity as Applied to Marine Waters. Ambio, XV(4): 208-214.

Napitupulu, D.L, S.N Chodidjah dan A.C Nugroho, 2005. Socio-Economic Assesment: In The User of  Reef Resources by Local Community and Other Direct Stakeholders. A Report TERANGI. Jakarta. 140 halaman

Parnwell, Michael J.G & Raymond L. Bryant (Ed).1996. Environmental Change in Saouth East Asia. People, Politics & Sustainable Development. London & New York:Routledge
WCED. 1987. Our Common Future. Oxford Univ. Press. New York

Wijayanti, P. 2008. Laporan analisa ekonomi dan kebijakan pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Yayasan Terumbu Karang Indonesia,

Siry,  Hendra Yusran, 2009. Pengelolaan Pesisir Berbasis Masyarakat dalam Kerangka Penataan Ruang, Artikel di muat di Buletin Tata Ruang Edisi September – Oktober 2009. Kategori Topik Utama. ISSN: 1978-1571

Undang-Undang No 27/2007 Tentang  Penataan Ruang









Description: F:\Δ Smad-Lock Δ\Kumpulan Penelitian\Kab_Kep-Seribu\laporan penelitian FIS 2011\peta kab seribu\admin2 copy.jpg
Description: F:\Δ Smad-Lock Δ\Kumpulan Penelitian\Kab_Kep-Seribu\laporan penelitian FIS 2011\peta kab seribu\RTRW SELATAN1.jpg



Description: F:\Δ Smad-Lock Δ\Kumpulan Penelitian\Kab_Kep-Seribu\laporan penelitian FIS 2011\peta kab seribu\lu selatan1 copy.jpg
Description: F:\Δ Smad-Lock Δ\Kumpulan Penelitian\Kab_Kep-Seribu\laporan penelitian FIS 2011\peta kab seribu\lu utara copy.jpg

Description: F:\Δ Smad-Lock Δ\Kumpulan Penelitian\Kab_Kep-Seribu\laporan penelitian FIS 2011\peta kab seribu\tnlks.jpg